Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Latar Belakang Tribunal Arbitrase Laut Tiongkok Selatan Filipina dan ASEAN Tidak Memihak

31 Juli 2016   18:09 Diperbarui: 1 Agustus 2016   14:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sebelum ini Jepang telah menggunakan isu LTS, isu Laut Timur untuk memenangkan isu konstitusi dalam negerinya dan membuat mereka membentuk hubungan interaktif. Misalnya dengan mengsensasionilkan isu LTS bisa mengurangi tekanan di Laut Timur dan masalah Pulau Diaoyu  dan isu-isu lain dengan Tiongkok. Dengan menyebarkan bahaya “anacaman dari Tiongkok” telah menciptakan kerangka kerja yang besar bagi Jepang untuk mengubah konstitusi.

Tujuan Jepang di LTS juga sama dengan AS untuk mendorong keluar kepentingan maritim Tiongkok. Seiring dengan ini, ambisi Jepang yang tidak hanya melawan Tiongkok, mereka juga termasuk Filipina dan Vietnam. Jadi ada analis yang mewanti-wanti bahwa rakyat negara-negara ini yang pernah di-invasi Jepang juga seharusnya waspada.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, AS, Jepang dan negara-negara ekstra-regional lainnya telah terus menerus melontarkan segala macam “peraturan” di LTS, seperti “kebebasan navigasi” dan “membela hukum internasional” dan dengan respon dan dorongan dari media Barat, LTS telah dilaporkan sebagai “tempat yang tidak ada” kebebasan navigasi, tidak ada ketertiban, tidak ada perdamaian dan tidak ada stabilitas.

Menurut beberapa pengamat luar, isu LTS telah menjadi panggung terbaik bagi AS untuk mendapatkan sekutu-sekutunya untuk menekan Tiongkok dan bahkan menfitnah adanya bahaya invasi Tiongkok, serta pijakan terbaik untuk strategi AS untuk menyeimbangkan kawasan Asia-Pasifik.

Bagaimana isu LTS bisa menjadi lebih panas dan gaduh? Seolah dijadikan anjang pertunjukan Hollywood.

Saat makin dekatnya keputusan vonis tribunal sementara atas kasus LTS yang diserahkan Filipina secara sepihak, selama dua bulan terakhir, AS telah meningkatkan tindakan dan serangan publik terhadap Tiongkok.

Pada bulan Mei 2016, mantan Menhan AS Chuck Hegel mengsensasionilkan kasus arbitrase LTS, dengan mengatakan bahwa “tidak mematuhi putusan arbitrase akan menjadi awal dari bahaya.”

Pada bulan Juni 2016, di Shangri-La Dialogue, Menhan AS yang sekarang, Ashton Carter mengutuk tindakan Tiongkok di LTS sebagai “membangun Tembok Besar untuk mengisolasi diri.”

Para pengamat melihat pada fokus pertempuran opini publik, AS telah melakukan serangan mengenai LTS dalam beberapa tahun terkahir ini, sehingga dapat dengan jelas AS melakukan serangan pukulan satu-dua.

Isu LTS  telah menunjukkan oposisi AS terhadap Tiongkok tampaknya dengan skala besar. Skala yang lebih besar adalah opini pertempuran masyarakat untuk stategi AS kemabli ke Asia. Ini merupakan pertempuran opini dan legal pemerintah AS, militer, media, think tank dan beberapa LSM yang bekerjasama dengan sekutu AS di sisi Barat Samudra Pasifik, yang telah diluncurkan untuk melawan Tiongkok terutama mengenai keadulatan dari pulau-pulau di LTS.

Secara garis besarnya, Perang Umum LTS bagi AS metodenya dijabarkan sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun