Maaf ya, untuk waktu yang tak lagi sama seperti yang lalu. Di mana kita bisa bernyayi bersama waktu, sesekali kita bercerita perihal mimpi kita di masa depan.
Kamu berkata, semua perih yang lalu ialah pelajaran. Meski tidak mudah lepas darinya, tetap saja kita gak boleh terbelenggu oleh masa yang sudah berlalu. Biarkan itu jadi cerita.
"Aku gak terlalu dalam mencintaimu, tapi aku bingung," ujarmu, "bagaimana memahami semua sikapmu."
"Memang kenapa," kataku sambil memainkan bunga sakura yang kita ambil di kebun ibumu.
"Ya, karena terlalu lama menunggu, aku jadi paham, ternyata mencintai itu soal kita. Soal aku yang harus sabar. Soal kamu yang kadang menjengkelkan, dan aku harus belajar memahami."
Aku tak menanggapinya. Dengan bunga yang agak layu, aku menatap lazuardi yang tak lagi cerah. Kamu pun ikut terdiam. Aku jadi ingat, ini tahun ke tiga bersama. Tidak terasa waktu begitu cepat berlari, tiga masa yang pasti penuh cerita.
"Kalau kamu sama dia, gimana," kataku yang begitu saja membuatmu murung. (**)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI