Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, mental, politik dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Obrolan Minggu Pagi di Pojok Baca

25 Februari 2025   23:11 Diperbarui: 26 Februari 2025   08:42 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilutrasi Pojok baca. (Sumber: pixabay.com)

Mingu kemarin, tadinya aku ingin hadir di book party, nampaknya dinginnya cuaca dengan gerimis yang menghujani sebagian kawasan Pandeglang membuat kawan-kawan urung hadir. Itu tidak menyurutkan harapku, karena ke sana selain untuk dikskusi juga untuk mengembalikan empat isteri, eh buku yang aku pinjam. Akhirnya aku kontek orangnya, dan katanya lagi ziarah kecil kemungkinan hadir pun kecil.

Karena tidak mau terlalu lama menanggung beban hak orang aku memutuskan ke rumahnya dengan izinnya berbekal google maps yang di kirim via WA. Berbekal nekat, aku pun ke sana. Di sana, aku pun mampir. Selain disuguhi kopi, kami juga ngobrol yang ujungnya diksusi. Tadinya berdua terus ditemani sepupunya dari Jakarta, maka diksusi pun semakin seru dan merembet ke mana-mana. Gak sampai ke rumah orang, sih. 

Soal Filsafat

"Orang yang doyan filsafat itu mereka yang ingin selalu menang. Mereka yang ingin selalu merasa benar," begitu kata sepupu Mang Akbar dari Depok.

"Saya pernah di undang di seminar yang kajiannya filsafat, dan saya disuruh menjadi pematerinya. Tentu saja saya tolak, kenapa, karena saya tidak melihat ada keperluan urgent di sana."

Saya menimpali, ini sesuai sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ghozali soal mempelajari filsafat itu bagaimana. Beliau bersikap moderat dengan membolehkan, asal empat syarat dipenuhi. Di antaranya soal tujuan belajar filsafat apa dan harus punya dasar agama yang kuat.

Saya mencontohkan adik saya, ketika baru kerajinan membaca buku filsafat ada banyak kata-kata yang melangit. Dia bicara semua agama sama, intinya semua kepada Tuhan. Dia bicara pula soal semoga Yesus memberkati kepada kita, pada jadinya baik Yesus atau Isa sama saja.

Bapak di antara yang dibuat berang. Terjadi perdebatan tak seimbang. Kerapkali dibuat berkali-kali beristigfar dengan ulah anaknya itu. Saya, biasanya hanya mesem. Bagi saya, apa yang dikatakan adik saya hanya sebuah cara mencari simpati belaka. Tak lebih pun kurang. Sebenarnya saya tidak setuju dengan argumennya, tapi sengaja saya tidak menangisnya, karena ingin tahu persfektifnya tentang filsafat.

Apa spesialnya belajar filsafat? Banyak, di antaranya membuat kita lebih tahu tujuan hidup kita lebih tenang bukan sebaliknya. Orang yang baru membaca buku filsafat biasanya memang agak lebay, sok idealis dan intelektualis, ya maklumi saja.

Ada pun filsafat buruk atau tidak, tergangung siapa yang mempelajarinya. Ia ibarat pisau, begitu kata Fahrudin Faiz, bisa digunakan untuk hal negative atau positif. Bahkan saya sampai menyimpulkan, tidak ada pemikiran atau paham berbahaya selama kita punya bekal cukup dalam fondasi dasar agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun