Kalau di kita, bisa dengan menggali dan memahami sifat dua puluh dengan baik lagi sempurna. Mau bertemu pemikiran apa pun tidak ada yang luar biasa, sebab pada jadinya kita bisa melihatnya dari sudut pandang mana.
Tapi hakikat Allah adalah nyata, maka mana mungkin diragukan. Misalnya sifat wujud itu artinya ada, ya Allah ada. Mana mungkin ada sesuatu tanpa ada yang mengadakan. Di sini pada akhirnya hati-hati kami mengulitinya.
Krisis di Pondok
Kenapa pondok salafi banyak yang gulung tikar atau sedikitnya santrinya berkurang. Mungkin karena pondok lebih mengandalkan ketokohan di dalamnya dibanding menejemen, akhirnya ketika tokohnya pupus atau sepuh maka tak sedikit kehilangan pamor.
Sepupu Mang Akbar lain lagi, katanya karena teknologi. Hari ini kita dimanjakan oleh teknologi, maka kalau kita generasi hijau ini mau tahu suatu hal, gampang, tinggal buka google. Kita tinggal mencari artikel dan membadingkan dengan artikel lain, setelah menemukan poin pentingnya, ya sudah selesai.
Meski pun kekurangan satu, kita tidak mau mengklarifikasi apa yang sudah diketahui itu. Kenapa? Karena orang Indonesia sudah terkenal sebagai orang yang malas mengklarifikasi pada ahli atau pakarnya. Apa ini penting? Tentu saja, karena kita tidak tahu seperti apa penulis itu dan bagaimana keilmuannya maka seharusnya setelah membaca itu bukannya langsung menyimpulkan tetapi bertanya ke ahlinya.
"Harus di-verifikasi," katanya.
Saya lantas menanggapi, bagaimana kalau orang yang diharapkan mampu memvalidasasi jawaban yang kita temukan di google itu , justeru menaruh curiga ke kita. Kita banyak bertanya, bukannya disikapi baik untuk men-transfer pengetahuan, malah dicurigai terkena isme atau firqoh lain yang terindikasi bahaya.
Jadinya ada kerancuan sikap, Kalangan pondok belum mau berbenah sedangkan kalangan awam tidak lagi mau repot, maka terbawa arus modernisasi di segala ini tanpa batas. Otoritas tidak lagi dilihat sacral, itu hanya symbol belaka. Problematik!
Mistik dan Cita Peradaban
Kami bercerita tentang fenomena mistik yang kerap dipahami oleh sebagaian masyarakat kita. Misalnya soal santet. Apa itu ada? Kami percaya, ada. Namun kami agak sangsi dengan konten yang diperlihatkan di kanal Youtube, bagaimana praktek perdukunan begitu nyata ditawarkan.