Di tengah rasa ceria atau tengah kurang fit, aku sering terbayang kepada mereka yang sudah lebih dulu pulang kepada keabadian. Sedang apa di sana ya? Apa yang sekarang di rasakan? Bagaimana melihat kami di sini, tanggapannya?
Pertanyaan itu terus saja meneror. Aku percaya, di dunia ini sementara dan waktunya akan kembali. Tak peduli raga ini siap, tak peduli memang tak lagi terjaga kedatangan tamu istimewa itu, kembali adalah kepastian.
Aku sering galau, apa yang aku banggakan dengan semua amanah yang Allah berika pada diri ini?
Apa salatku sudah punya nilai yang penuh khusyu'?
Apa hatiku penuh kasih dan kisah yang penuh cahaya?
Bagaimana aku mempersiapkan tanya dua malaikat yang menanti di sana?
Bagaimana aku: dengan ruang sempir kubur, cahaya yang tak ditentukan oleh tagihan bulanan, busana yang tak ditentukan seberapa tebal isi kantong?
Aku sungguh takut, semua yang aku nikmati sekarang adalah bahan bakar abadi di sana.
***
Sepeninggal bapak setahun yang berlalu, aku merasa beliau masih melihatku, lantas berbicara,
"Jangan nakal, Nak. Cepat atau lambat kamu pun akan menyusul. Hal itu bisa kamu lihat dari satu per satu orang sekitarmu yang kembali tanpa bisa menolak kembali."
Aku pun teringat seorang bapak yang selama di dunia penuh dengan hal paradoksial. Ia yang kerap bersikap apa maunya. Ia yang kembali tanpa terdengar pulang, menetap di kubur yang penuh cahaya atau entah petaka. Semua ditentukan amal di dunia.
Aku pun teringat bapak tua yang di ujung 80 an, bicaranya soal muda yang kuat dan gagah. Merasa kuat dengan tubuh berbalut kulit dan daging tak seberapa. Rokok yang tetap menyala meski raga lelah, nafas patah-patah dan semuanya penuh tanda-tanda.
Ada pula yang semasa kakek yang tua rajin mendaras kalam ilahi. Berpeluh mengumpulkan rupiah demi tercukup kebutuhan keluarga tercinta. Di sela sibuknya tak terganggu, jamaah salat kebiasaan yang terus terpelihara. Di masa yang tak lagi muda, ia menyadarinya.
Saat ruh itu dijemput, ia tenga terjaga dalam sujud panjangnya. Begitu khusyu'
**
Semoga kita pulang membawa bekal terbaik. Selagi ada kesempatan, kenapa harus terabaikan. (**)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI