Hasyim baru saja pensiun menjadi tukang jagal sapi, belasan tahun Ia dedikasi kan keringat nya untuk mengabdi menjadi tukang jagal. Terlihat tatapan kosong yang tersirat dari wajah nya, sangat jelas bahwa Hasyim masih menyimpan memori indah ketika ia membelah, memotong, mencabik-cabik, menelanjangi dengan detail anatomi tubuh sapi nya.
Sekarang pisau-pisau tua sudah berkarat tergantung rapih di area dapur rumah nya, bak pajangan. Tak jarang istri nya Rini membersihkan debu-debu dari pisau-pisau itu, seminggu 2x.
Malam itu hujan membasahi kesunyian di rumah Hasyim dan Rini.Â
Rini melihat gelagat aneh suami nya beberapa akhir iniÂ
"Kamu kenapa to mas?" Tanya Rini.
"Saya? Ndak apa-apa" Jawab Hasyim.
"Mboh ya sudah pensiun jadi tukang jagal koe' cari kerjaan baru Mas.." Desak Rini. "Pesangon mu cuma sedikit dari pabrik, mau bagaimana kedepan nya?" Lanjut Rini membuyarkan sunyi nya malam saat itu.
Hasyim tidak menjawabnya, tatapan kosong Hasyim sudah mengatakan bahwa Ia tak nyaman mendengar istri nya mengatakan hal itu.
"Eh Koe dengar ndak Mas??" Tanya Rini lagi.
Hasyim pun pergi meninggalkan Rini, Ia memutuskan untuk tidak berkata sepatah kata pun.
Setelah pertengkaran terjadi, Rini beranjak tidur. Hasyim masih merenung dan mulai merasakan hal-hal aneh yang terjadi pada otak nya.
Tangan nya bergetar, ingatan nya tentang menjagal dengan bau amis darah menyengat.
"Clavicula.. strenum.. " ucap Hasyim berbisik tiba-tiba.
Tak menyadari pisau tua berkata sudah di tangan Hasyim. Mata merah seolah menyala, keringat dingin dan tangan bergetar membuat nya bergairah saat memegang pisau tua andalan nya.
Ia perlahan menelusuri lorong kamar, melihat Rini yang sedang tertidur dalam kamar nya.Â
Hujan masih menghantam atap rumah mereka, Â Hasyim mulai menyeringai.
"Claviculaa...scapula.. humeruss..." Kata Hasyim. Ia dan pisau nya menari-nari, mendekati tubuh Rini yang mendadak kaku.
"Kreeek...kreeek..kreeek"
Malam menakutkan itu pun berakhir.
Pagi hari nya Hasyim terbangun dari kamarnya, leher nya kaku, badan nya sakit.
Mendadak aroma kopi arabica tercium hingga kamar Hasyim. Ia pun segera menyibak selimutnya dan menuju dapur.
"Pagi Mas, minum kopi nya" Rini lah yang menyiapkan kopi pagi itu. Â Samar ingatan Hasyim tentang apa yang sudah Ia lakukan semalam.
Ia pun tersenyum lega, "Cuma mimpi.." pikirnya.
Tanpa sepatah kata Ia meminum kopi buatan istrinya.
Hasyim menyadari ada keanehan dari Rini. Â Sontak Ia kaget melihat jari manis istrinya terpotong rapi, hilang tak berbekas.
"Rin.. ja..jari tangan mu" Ucap Hasyim terbata-bata.
Rini menatap Hasyim cukup dalam dan lama.
"Kenapa to Mas?" Tanya nya dengan senyum yang cukup seram.
Suasana pagi itu menjadi mencekam, Hasyim mematung sambil kembali teringat dan berpikir apakah semalam bukan lah mimpi belaka.
Rini mendekat dan berbisik pada Hasyim..
"Mas, siapa bilang kejadian semalam itu hanya mimpi?"
Seketika Hasyim menyadari bahwa pisau tua yang Ia pakai semalam tidak tergantung di pajangan. Tubuh Hasyim kembali kaku, melihat ada 2 pisau yang tidak tergantung pada pajangan.
Mata nya mencari-cari kemana pisau satu nya. Ternyata pisau tersebut ada di lantai, dengan darah segar masih menyelimuti, menggenang di lantai.
Hasyim mematung.
"Mas, terimakasih ya, semalam Saya memberikan pelajaran anatomi terakhir kepada Mas, sudah lama Saya ingin merasakan memakai pisau-pisau Mas, yang hanya bisa saya Lap tiap pagi itu.. "
Hasyim ingin berteriak, namun tertahan pada tenggorokan nya.Â
Apakah saat ini di hadapan nya adalah benar Rini istri nya, atau apakah itu adalah sosok mayat Rini atau apakah Ia lah yang tertidur selamanya.Â
Lampu rumah mereka seketika mati. Gelap, sunyi dan hening.. Tak terdengar teriakan Hasyim ataupun Rini.
Tamat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI