Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Mien, Catatan Seorang Tentara, Seberkas Cahaya di Titik Nadir

23 November 2020   12:32 Diperbarui: 23 November 2020   12:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ibu Sewaktu Masih Muda-Doc.pribadi

Sabar Saat Diuji

Setelah ujian yang ibu alami ketika bersama ayah, rupanya Allah masih ingin menguji ibu dengan ujian dalam bentuk yang lain. Berawal saat ibu terjatuh yang mengakibatkannya patah tangan. Ternyata ini mengakibatkan tulang punggungnya bermasalah walaupun kondisi tangannya sebenarnya sudah pulih kembali.

Beberapa tahun kemudian ibu mendadak tidak bisa bangkit dari pembaringannya. Tulang punggung mengalami pergeseran sehingga harus menjalani fisioterapi cukup lama.

Dalam kondisi seperti itu ibu tetap sabar. Beliau tetap menjalankan ibadah walaupun sambil berbaring. Cobaan-cobaan dianggapnya sebagai ujian.
Sampai di suatu pagi seusai semalaman saya menungguinya. Ibu menghembuskan nafas terakhir dalam tenang tidurnya. Aku baru saja tiba di kantor ketika adik perempuanku mengabarkan berita tersebut sambil menangis haru.

Aku segera kembali pulang ke rumah. Kulihat senyum ibu yang terukir di bibirnya seperti pertanda Allah telah meluluskannya dalam ujian kesabaran.

Ibu seperti sedang menuliskan catatan terbaiknya di benak kami. Bagaimana membentuk karakter terbaik dalam menyikapi segala problematika hidup dan kehidupan ini. Ibu adalah sekolah pertamaku. Bagaikan seberkas cahaya di sebuah titik nadir. Ibu telah sukses menghantarkan anak-anaknya menyelesaikan pendidikan hingga mampu memperoleh pekerjaan.


Rasanya hanya ada satu kata yang bisa menggambar seorang ibu. 

SEMPURNA.


Tangerang, Nopember 2020
Mahendra Paripurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun