Pagi tadi di sebuah pusat kesehatan tempat orang tergeletak mati. Di tengah penuhnya kerumunan yang tak sabar menanti. Mencoba membaca lintasan benak manusia walau kadang susah tuk dimengerti. Terberkati atau terpuruk dalam asa yang tak lagi punya hati
Di muka pagarnya seorang pedagang ketropak menunggu datangnya pembeli. Mencoba mereka ulang berapa Sang Illahi kan berbaik hati memberi rezeki. Cukupkah tuk membayar sejumlah pinjaman atau hanya sekedar membeli nasi. Mungkin hanya debu jalanan tempat bercerita dan saling berbagi
Di layar kaca para seniman beraksi seolah mengejar indahnya surga. Saling berlomba mengucurkan sejumlah dana. Tuk sekedar content semata atau mendulang gelimang harta. Mungkin hanya kuda-kuda mewah mereka yang tahu jawabnya saat kau tanya.
Sementara aku hanya bisa menikmati secangkir susu kopi. Ditemani mentari yang terbenam seusai seharian memacu hari. Merenung pada setiap detak terenyuhnya hati. Tanpa mampu berbuat lagi karna langkah yang tak jua kokoh di gelapnya pandemi.
Tangerang, Oktober 2020
Mahendra Paripurna