Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fenomena Secangkir Susu Kopi

24 Oktober 2020   20:51 Diperbarui: 24 Oktober 2020   20:58 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pagi tadi di sebuah pusat kesehatan tempat orang tergeletak mati. Di tengah penuhnya kerumunan yang tak sabar menanti. Mencoba membaca lintasan benak manusia walau kadang susah tuk dimengerti. Terberkati atau terpuruk dalam asa yang tak lagi punya hati

Di muka pagarnya seorang pedagang ketropak menunggu datangnya pembeli. Mencoba mereka ulang berapa Sang Illahi kan berbaik hati memberi rezeki. Cukupkah tuk membayar sejumlah pinjaman atau hanya sekedar membeli nasi. Mungkin hanya debu jalanan tempat bercerita dan saling berbagi

Di layar kaca para seniman beraksi seolah mengejar indahnya surga. Saling berlomba mengucurkan sejumlah dana. Tuk sekedar content semata atau mendulang gelimang harta. Mungkin hanya kuda-kuda mewah mereka yang tahu jawabnya saat kau tanya.

Sementara aku hanya bisa menikmati secangkir susu kopi. Ditemani mentari yang terbenam seusai seharian memacu hari. Merenung pada setiap detak terenyuhnya hati. Tanpa mampu berbuat lagi karna langkah yang tak jua kokoh di gelapnya pandemi.

Tangerang, Oktober 2020
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun