Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gandrung, Semerah Cemburu

22 Oktober 2020   12:31 Diperbarui: 22 Oktober 2020   12:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madriddawn on Pixabay.com

Dalam tapa melepas ikatan-ikatan semesta. Menelusuri jejak hatimu yang tersamar oleh dedaunan nan layu. Mencoba menyibak sebuah tanda yang tak jua mampu tertebak.

Menunggangi sembrani. Terbang bertemu sang dewa bayu tuk coba sekadar merayu. Agar dapat kubawa serangkaian angin merdu. Dan meniupkanya pada telingamu. Agar kau tahu betapa aku merindu.

Menyelami dasar bumi. Mengetuk pintu peristirahatan Sang Batara Agni. Berharap izin sejenak kubawa api abadi. Menggengamnya dan membawanya padamu. Agar dapat kucairkan hatimu yang sedingin salju semeru.

Mendaki pegunungan himalaya demi bertemu Batara Ismaya. Tuk tenangkan jiwa penuh asmara. Berharap petuah-petuah langka meredam hati nan remuk redam. Oleh pesona sang bidadari berbinar mata laksana manikam.

Tertatih dalam letih yang merintih. Merangkak naik ke angkasa. Menuju singgasana Sang Batara Indra. Dalam putus asa yang mengguncang dada.

Perkenankan ku pinjam Pusaka Pasopati. Agar dapat kuhujamkan panah sakti. Bukan pada jantung sang pujaan hati

Namun pada dada kekasihmu
Yang tak lepas merangkul di sisimu

Agar kau pun tahu
Semerah apa api cemburu

Tangerang, Oktober 2020
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun