Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

6 Alasan untuk Tidak Menunda Memiliki Rumah Hunian Bersama BTN

14 Februari 2019   12:03 Diperbarui: 14 Februari 2019   12:13 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas menikah, seperti layaknya pasangan suami isteri pada umumnya tentu memimpikan untuk dapat memiliki rumah hunian sendiri. Tetapi terkadang ada saja pertimbangan yang membuat kita berpikir ulang, ragu bahkan mungkin memutuskan untuk mengubur dalam-dalam rencana tersebut.

Ada banyak hal yang menjadi alasan untuk kita tidak menunda keinginan memiliki rumah hunian. Jika tidak memiliki cukup uang untuk membayar tunai, kita dapat mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bank-bank nasional terkemuka yang menyediakan fasilitas tersebut salah satunya adalah Bank Tabungan Negara (BTN) yang telah 69 tahun mengabdi untuk negeri.

Diantaranya ada 6 alasan utama mengapa saya katakan jangan pernah menunda keinginan memiliki rumah seperti uraian berikut ini.

Kenaikan Harga Rumah Tak Sebanding dengan Kenaikan Gaji

Sewaktu saya menikah, tentu saja punya mimpi yang sama seperti orang pada umumnya. Hidup mandiri tidak bergantung pada orang tua dan dapat memiliki rumah hunian yang sederhana namun nyaman. Kalau bisa lokasinya masih tetap dapat menjangkau rumah orang tua saya. Berhubung ayah sudah lama meninggal jadi hanya tersisa ibu yang tentunya harus tetap terjaga komunikasinya dengan saya. Dan andai terjadi hal darurat mudah untuk saya mengunjungi ibu.

Pada awal menikah kami masih tinggal satu rumah dengan ibu dan adik-adik saya. Kakak saya kebetulan sudah menikah dan telah memiliki rumah sendiri di daerah Jonggol cukup jauh dari rumah kami di daerah Tangerang. Kakak saya sempat tinggal di rumah milik keluarga yang tidak jauh dari rumah ibu sebelum membeli rumah sendiri. Dan rumah tersebut sempat dikontrakkan beberapa waktu agar tidak kosong.


Karena kebetulan rumah tersebut baru saja ditinggal oleh penyewanya, saya memutuskan untuk menempati rumah tersebut bersama isteri sekalian belajar untuk pisah dari orang tua. Maklum sedari kecil memang kami terbiasa kumpul terus satu keluarga bersama ibu hingga dewasa seperti saat itu. Tapi ibu tetap mensupport keinginan anak-anaknya untuk mulai hidup terpisah seperti kakak saya yang telah berkeluarga.

Beberapa waktu kemudian kakak saya sempat memberikan sebuah brosur perumahan di wilayah yang tidak berapa jauh dari tempat tinggal kami dengan harga yang relatif murah padahal lokasinya berdekatan dengan kawasan elite Bintaro Jaya. Tapi saya kurang tahu juga itu brosur lama ataukah baru. Kalau tidak salah ingat saat itu tahun 2004 untuk tipe rumah kecil hanya sekitar 50-an juta rupiah masih di bawah standar perumahan di sekitarnya. Tapi karena uang untuk membayar booking fee dan uang muka (DP) belum ada jadi saya tunda sambil tetap mengumpulkan uang.

Setahun kemudian di tahun 2005 karena memang sudah tertarik membeli rumah di perumahan tersebut saya memutuskan untuk datang kesana. Pihak developer ternyata sedang berencana membangun blok baru karena hampir semua rumah sudah terjual. Dan saya rasanya lebih cocok dengan lokasi baru yang akan dibangun tersebut karena lebih tinggi posisi tanahnya dibanding sebelumnya.

Yang saya agak kaget ternyata harganya sudah naik cukup tinggi dari harga di brosur yang saya dapat. Harga rumah untuk tipe yang sama menjadi 70-an Juta Rupiah. Padahal kenaikan gaji upah pekerja saja hanya sekitar 8 hingga 10% per tahunnya jauh sekali dibawah kenaikan harga rumah. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli rumah di daerah tersebut setelah memilih lokasi yang dirasa 'sreg' oleh isteri saya.

DP Rumah Ringan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun