Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eksis dan Sukses dengan Keunikan Diri Sendiri

5 Februari 2018   13:42 Diperbarui: 5 Februari 2018   14:09 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bebek keren (lynbockert.com)

Banyak orang suka mengeluhkan keadaan setiap kali mau melangkah. Ketika mau bisnis mengatakan tidak punya modal. Ketika mau bekerja mengatakan tidak punya keterampilan. Ketika mau melanjutkan sekolah atau kuliah mengatakan tidak punya otak cerdas.

Demikianlah pola pikir manusia dalam mencari alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Pola pikir itu akan mengikuti perintah tidak langsung dari kita. Pola pikir akan membenarkan semua argumen yang terlintas di benak kita. Otak dan pikiran hanya akan bekerja sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh kita.

Jika otak dan pikiran sudah bekerja seperti itu, maka pada akhirnya segala rencana dan cita-cita hanya akan tetap menjadi khayalan dan keinginan kosong semata. Kemudian pada akhirnya, waktu yang akan menghempaskan kita dari semua tujuan dan cita-cita.

Padahal sesungguhnya pikiran adalah harta yang tidak ternilai harganya yang dimiliki manusia. Harta yang dengannya manusia bisa menjadi serba kecukupan dan tidak memiliki kekurangan sedikit pun.

***

Apakah manusia memiliki kekurangan? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Jika yang dimaksudkan kekurangan adalah sesuatu keadaan hasil perbandingan dengan orang lain, mungkin saja akan ada kekurangan. Tetapi jika manusia tidak membuat perbandingan dengan orang lain, maka kekurangan itu tidak akan ada.

Misalnya, kita bukan orang dengan bakat dan kemampuan berlari tetapi kita menginginkan menjadi seorang atlet lari. Tentu saja akan muncul kekurangan diri yang terlihat sangat "jomplang" jika dibandingkan dengan seorang atlet lari.

Seorang atlet lari bisa bertahan berlari tanpa henti selama 30-60 menit misalnya. Jika kita hanya mampu berlari selama 10 menit, maka kekurangan kita untuk menjadi atlet lari adalah antara 20-50 menit daya tahan tubuh untuk berlari.

Contoh lain misalnya, ketika ada resepsi pernikahan tetangga. Di sana berkumpul setiap orang dengan dandanan yang terkesan berbeda secara lahiriah. Faktanya memang setiap orang berbeda setiap memakai busana.

Jika kita lihat seseorang dengan busana yang mewah tentu di dalam hati akan terbersit bahwa dandanan kita "memiliki kekurangan" dibandingkan dengan dandanannya; mungkin kurang bagus; mungkin kurang mahal atau mungkin kurang bergengsi.

Di sana terjadi sebuah perbandingan antara busana yang kita pakai dengan busana yang mereka pakai. Maka muncullah "kekurangan" hasil dari produksi pikiran kita sendiri. Kekurangan yang membedakan antara busana kita dengan busana orang lain. Padahal sebenarnya kekurangan dan perbedaan tersebut hanyalah dalam penampakan semata-mata.

Maka cara berpikir banding-membandingkan akan selalu berakibat kepada munculnya banyak kekurangan yang dirasakan. Bahkan mungkin juga cara pikir demikian tidak akan pernah sampai pada kesimpulan mengenai adanya keunikan sebagai sebuah anugerah pemberian Tuhan.

***

(stevenaitchison.co.uk)
(stevenaitchison.co.uk)
Jika kita menyadari sejak awal bahwa setiap manusia memiliki keunikan sendiri yang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan orang lain, maka sesungguhnya tidak terdapat kekurangan sedikit pun di dalam diri setiap manusia di dunia ini.

Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia dengan kekurangan yang akan membuatnya tidak mampu bertahan hidup di dunia. Tuhan memberikan setiap potensi dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dijadikan bekal selama hidup di dunia.

Ketika merenungkan kenyataan masa lalu dengan cara mundur ke belakang sewaktu kita lahir ke dunia, ternyata tidak ada perbedaan sama sekali antara seorang atlet dengan orang biasa saja, antara orang berbusana mewah dengan orang berbusana biasa saja.

Keduanya sama-sama dibekali dengan organ tubuh yang sama. Keduanya dibekali dengan akal pikiran yang sama. Dan yang terpenting, keduanya sama diberikan keunikan yang tidak bisa disamakan dengan keunikan yang lainnya.

Ketika dalam keadaan seperti itu, tidak ada perbandingan antara keduanya. Tidak ada kata kekurangan yang disematkan pada salah-satunya. Ini berarti keduanya sama. Keduanya tidak ada yang lebih cepat atau lebih lambat. Tidak ada yang lebih mewah atau sederhana.

***

Ketika kekurangan muncul dalam kehidupan dikarenakan oleh adanya perbandingan, maka "menghilangkan" hukum perbandingan tersebut adalah salah satu cara untuk bisa menghilangkan kekurangan pada diri manusia. Fokus pada keunikan diri adalah cara untuk "melenyapkan" kekurangan yang timbul akibat perbandingan.

Tidak perlu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Upaya demikian hanya akan mengantarkan pada penghilangan dan "pembunuhan" karakter keunikan dan kekhasan diri sendiri.

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat hidup selalu merasa kekurangan dalam segala hal. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuahkan rasa penolakan terhadap kenyataan yang melekat pada diri sendiri.

Tidak punya modal uang, adalah hasil perbandingan diri dengan orang yang punya modal uang. Tidak punya keterampilan adalah hasil perbandingan diri dengan orang yang punya keterampilan tertentu. Tidak punya kecerdasan adalah hasil perbandingan dengan orang yang berprestasi.

Tuhan tidak menciptakan pikiran manusia untuk membanding-bandingkan sehingga yang tampak hanyalah kekurangan dan kekurangan. Tuhan memberikan akal pikiran untuk menemukan keunikan dan kekuatan diri sendiri supaya digunakan dalam rangka menjalani kehidupan di dunia ini.

Maka sebenarnya, pikiran yang digunakan untuk menerima dan mengolah keunikan diri itu sendirilah modal utama manusia. Modal untuk mendapatkan modal uang, modal untuk mendapatkan keterampilan dan modal untuk mendapatkan kecerdasan.

Sementara pikiran yang selalu digunakan untuk mencari-cari perbedaan dan kekurangan diri dalam rangka menyamakan diri dengan orang lain adalah pikiran yang akan membuat diri hilang dan tenggelam ditelan oleh diri orang lain. Ketika hal tersebut terjadi, maka orang akan mengalami keadaan di mana "ada" dan "tiada" tidak ada bedanya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun