Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media dan co-PR -- Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pertahanan Masa Kini: Dari Senapan ke Siber, dari Medan ke Pikiran

16 April 2025   22:52 Diperbarui: 16 April 2025   22:52 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Arsip Rapat dengan SPAMAD Mabes TNI AD. Pertahanan Masa Kini: Dari Senapan ke Siber, dari Medan ke Pikiran. (foto: dok. Mabesad)

Di sinilah peran BUMN strategis seperti PT Pindad, PT LEN, dan PT DI menjadi penting. Kemandirian industri pertahanan bukan sekadar simbol nasionalisme, tetapi keharusan agar kita tidak selalu bergantung pada politik luar negeri negara pemasok teknologi.

Pelibatan warga negara dalam kegiatan penyadaran Bela Negara. (Foto: dok. Kemhan & Mabesad)
Pelibatan warga negara dalam kegiatan penyadaran Bela Negara. (Foto: dok. Kemhan & Mabesad)

Pertahanan Rakyat Semesta: Masihkah Relevan?

Konsep "pertahanan rakyat semesta" yang dianut Indonesia mengandung makna inklusif dan partisipatoris. Namun, realitas sosial hari ini menantang penerapannya. Generasi muda lebih akrab dengan perangkat digital daripada kegiatan baris-berbaris. Paradigma pertahanan harus bergeser dari hanya mengandalkan kesadaran fisik, menuju literasi digital, kemampuan deteksi hoaks, serta bela negara berbasis teknologi.

Apakah negara telah hadir dalam membina kesadaran bela negara yang sesuai konteks zaman? Apakah pelajar, mahasiswa, dan netizen disiapkan sebagai bagian dari pertahanan informasi nasional? Pertanyaan ini menggema, terutama ketika kita menyaksikan polarisasi tajam di dunia maya setiap kali Indonesia memasuki tahun politik.

Dalam sebuah pertemuan diplomasi budaya dengan Republik Suriname
Dalam sebuah pertemuan diplomasi budaya dengan Republik Suriname


Geopolitik dan Tantangan Kedaulatan

Letak strategis Indonesia di antara dua samudra dan dua benua menjadikan negeri ini selalu berada dalam radar rivalitas kekuatan besar dunia. Ketegangan di Laut China Selatan, misalnya, menempatkan Indonesia dalam posisi dilematis: menjaga kedaulatan sekaligus mempertahankan netralitas aktif.

Kementerian Pertahanan perlu memperkuat diplomasi pertahanan---sebuah instrumen lunak namun berdampak panjang. Koordinasi lintas sektor, dari Kemlu, Kemhan, hingga BIN dan Bakamla, menjadi kunci dalam menjaga sinergi dan satu suara dalam menghadapi potensi konflik kawasan.

Diskusi penyelesaian konflik di Papua dengan Ex Menlu OPM (foto:dokpri)
Diskusi penyelesaian konflik di Papua dengan Ex Menlu OPM (foto:dokpri)

Transparansi dan Akuntabilitas

Sorotan publik terhadap pengadaan alutsista yang dianggap tidak transparan perlu dijawab dengan keterbukaan informasi dan penguatan fungsi pengawasan DPR. Reformasi di tubuh Kemhan harus mencakup tata kelola, audit independen, dan pelibatan masyarakat sipil dalam proses pengambilan kebijakan strategis.

Pertahanan yang kuat tidak hanya dibangun di atas kekuatan senjata, tetapi juga di atas kepercayaan rakyat terhadap niat dan arah kebijakan pertahanan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun