Akademi Tawuran: Jalan Pintas Menjadi Jagoan Sejati*
Oleh: Mahar Prastowo
Ramadhan datang, membawa semilir kedamaian, doa-doa panjang, dan tentu saja---ritual tahunan: tawuran. Ada yang bilang, ini ekspresi anak muda. Ada pula yang menganggapnya latihan bela diri, hanya tanpa aturan, tanpa wasit, dan tanpa batas antara hidup dan mati.
Namun, ada solusi inovatif bagi para calon jagoan jalanan yang ingin mengasah mental dan keterampilan tanpa gangguan kejar-kejaran dengan polisi. Silakan berkoordinasi dengan aparat keamanan sebelum memulai duel. Bukan apa-apa, biar lebih terorganisir. Supaya nanti kalau ada yang tumbang, evakuasi lebih cepat, ambulans bisa standby, dan aparat tinggal menjemput hasil akhir pertarungan.
Bagi orang tua yang mulai khawatir anak nakalnya pulang dengan kepala bocor atau dada tertusuk senjata tajam, silakan berinisiatif, proaktif, menitipkan mereka di Polsek atau Polres terdekat. Anggap saja program pesantren kilat ramadhan versi lain---versi yang benar-benar mendidik dengan metode experiential learning. Karena senakal apapun anak, bagi orang tua tetap kencana wingka, sekeping emas berharga.
Jangan lupa bekali mereka uang makan dan biaya penginapan.Â
Di dalam sana, mereka akan bertemu banyak tokoh masyarakat: pencopet ulung yang bisa mengajarkan cara kabur tanpa ketahuan, pengedar narkoba yang fasih berbicara soal supply chain management, atau bahkan pembunuh bayaran yang siap memberi kuliah singkat tentang keberanian dan konsekuensi. Begitu keluar, anak-anak ini tidak hanya punya mental baja, tetapi juga skill bertahan hidup dan jaringan luas.
Tentu, kita memang harus ciptakan sistem yang memberi jalan bagi para pemuda untuk berkembang. Dari tahun ke tahun, tawuran selalu menemukan jalannya, seperti tradisi yang diwariskan turun-temurun. Polisi datang, sirene berbunyi, pentungan berayun, dan semua kembali seperti sedia kala. Beberapa masuk tahanan, beberapa masuk rumah sakit, dan sebagian kecil masuk liang lahat---tapi bukankah itu bagian dari seleksi alam?
Maka, kepada para pemuda yang hendak bertarung, silakan lanjutkan. Tapi ingat, jangan lupa absen di rumah. Setidaknya beri kabar pada ibu yang masih menyiapkan sahur dengan cemas. Jangan sampai kalian pergi untuk tidak kembali. Ramadan ini masih panjang, dan jalan menuju jagoan sejati tidak selalu harus dimulai dengan luka dan darah.
Atau, mungkin, kita bisa mencoba alternatif lain: belajar, bekerja, dan membangun masa depan yang lebih bermakna. Tapi siapa yang peduli? Tawuran lebih seru, bukan?
-------
*Satire
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI