Kring... Kring... Kring...
Notifikasi WhatsApp tak dikenal +62812950630 muncul:
"Dewi hamil, Radit!" (Sender: Irene)
Aku menatap layar, rasanya waktu melambat, dan jenak studio seperti mengambang---antara masa lalu dan kenyataan yang tak pernah ia duga.
Gila. Mana mungkin Dewi mengandung. Seingatku, terakhir dia bercinta lima tahun lalu, tiga hari menjelang akhir cinta kami. Hobinya melihat ketinggian membuat dia sulit menemukan pasangan yang seturut fantasi seksualnya.
September 2001. Keluarganya menikahkan Dewi dengan pengusaha tambang. Aku gelisah, menangis semalaman. Aku bertaruh dia mencari cara cerdas demi menerangi batin suaminya tanpa bersenggama.
Kenangan itu menekan dada, menariknya mundur ke masa lalu, sebelum malam ini meruntuhkanku.
"Menyimpang! Sistem dunia ini masih waras?" tukas aku di depan Ibu usai mengurai duduk perkaranya. Sejak meninggalkan kantor, sakit kepalanya makin brutal.
"Wujud kenyataan yang dikenali kesadaran manusia adalah bagian ketidakterbatasan pandangan," suara Sang Ibu terdengar lemah. Sambil menyisir Boneka Ayah yang baru dimandikan, ia melanjutkan: "Tapi pandangan tak lagi penting bagi kita. Kamu trauma, makanya menyoal pandangan melulu. Jika pandangan dibentur jarak tak berpuan, bisa apa?"
Aku memutuskan mencari Dewi.
Â