Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Muach Paling Binatang

17 Februari 2025   20:11 Diperbarui: 17 Februari 2025   20:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Man Sitting on a Field and Playing a Board Game (Pexels/SIA Art)

M Sanantara
Muach Paling Binatang

tak ada yang paham gempa hatiku (12,01 skala richter)  
retaknya menggerus kenangan ke unit terkecil: 0,0000001 detik sebelum aku lenyap dari ingatanmu 
reruntuhan hari hanyut ke tepi malam,  
banjir paruku (299.792.458 m/s---nyaris kecepatan cahaya, tetap tak cukup mengejarmu)  
sementara takikardiaku (1.001 detak/s) mengetuk ragu di dinding rindu yang sudah lapuk  

kau, tetap tak di sini---  
aku menggulung waktu seperti tubuh dalam malam tanpa gravitasi  
satu, dua, tiga abad menjelma embun pahit  
tersesat dalam layar sunyi tanpa opsi undo 
napasmu samar di chord G minor 7, menyusup seperti hujan asam di kota yang lupa mencintai  

kulihat jam---pukul 25:61 malam... 
menu hari ini: sup kenangan dengan taburan ilusi 
dihidangkan di atas piring kaca yang retaknya menyerupai puisi buruk tentang kita  
rinduku diasapi tengkorak belalang sembah,  
disiram kuah nanah kudanil yang meledak di lidah,  
dibungkus kain kafan senja yang merintih,  
disajikan dengan garnish dari puing-puing perasaan yang kau tinggalkan di ambang pintu 

dan sebelum suapan terakhir,  
pipi kananku masih mendamba sentuhan itu---  
muach, muach paling binatang 
kecupan yang seharusnya membunuhku,  
tapi malah berdenyut samar,  
membusuk di sudut sunyi jiwaku 

(2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun