Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berjalan Telanjang Keliling Kota, Siapa Peduli

7 Oktober 2011   12:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:13 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua orang remaja putri berteriak histeris ketika becak yang ditumpangi melaju lantas tiba-tiba berpapasan dengan seorang lelaki pejalan kaki yang menyusur trotoar di Jl. Sungai Saddang -- arah selatan rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Kamis pagi (6/10/2011) di Kota Makassar.

[caption id="attachment_134420" align="alignright" width="504" caption="Ketika menyusur Jl. Gunung Merapi Makassar. Meski gila, dia adalah warga negara yang perlu diperhatikan/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Pekikan serupa terdengar dari hampir semua wanita pengendara sepeda motor, ketika menyaksikan lelaki yang diperkirakan berusia di atas 20-an tahun dengan tenang melangkah seorang diri tanpa menggunakan alas kaki di trotoar pagi itu.

Puluhan pengguna jalan lainnya yang meluncur ke arah Jl Karungrung, selain tampak tertawa tersipu, banyak juga yang tertawa ngakak ketika menyaksikan lelaki di trotoar tersebut. Maklum, selain hanya mengenakan baju kemeja tak berkancing, dia terlihat begitu amat santai berjalan meskipun tanpa menggunakan celana. Seluruh bagian bawah tubuh, termasuk kemaluannya terbuka polos untuk dipandang semua orang.

Tatkala lelaki ini melewati persimpangan Jl. Sungai Tangka dengan Jl.Sungai Saddang, seorang Daeng Becak yang berpangkalan di lokasi itu lantas memberikan sehelai kemeja tua, sembari meminta agar si lelaki menutup bagian kemaluannya.

Beberapa saat perintah tersebut tampak diikuti. Namun ketika akan membelok masuk ke Jl. Gunung Merapi, kain baju penutup tadi dilepas, dan si lelaki kembali berjalan santai dengan tubuh bagian bawah yang polos.

Sepanjang keramaian jalan yang dilalui hingga memutar ke Jl. Gunung Kelabat, orang-orang yang menyaksikan hanya tertawa dan bahkan ada yang mengolok-olok. ‘’Dasar orang gila, tidak punya malu,’’ umpat seorang pekerja bangunan di Jl. Gunung Berapi, pagi itu. Si lelaki itupun terus berjalan ke arah Jl. Jend. Sudirman, salah satu jalan protokol di Kota Makassar.

[caption id="attachment_134424" align="alignleft" width="360" caption="Orang gila lainnya yang hidup mandiri berkeliaran di Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Pemandangan hampir mirip terjadi sekitar pukul 11 siang, Jumat, 7 Oktober 2011 di salah satu pojok persimpangan Jl. Andalas – Jl.Masjid Raya dan Jl. Gunung Latimojong. Tampak para pengguna jalan selain tertawa ada yang teriak-teriak ketika menyaksikan seorang wanita yang kepalanya gundul pelontos mengais-ngais sebuah bak sampah di tepi jalan.

Hebohnya, karena ketika mengais sarung yang dililitkan sebagai penutup tubuh wanita tersebut dibiarkan melorot, hingga kedua buah dadanya terbuka disaksikan oleh semua orang yang lalu lalang. Si wanita ini pun disebut-sebut salah satu dari banyak orang orang kehilangan ingatan yang hidup berkeliaran di Kota Makassar.

Persoalan banyaknya orang gila (senewen) atau orang-orang setengah waras (stewars) yang ditelantarkan pihak keluarganya di ruang publik di Kota Makassar, sesungguhnya telah mencuat sejak tahun 1998.

Ketika itu menurut pendataan, terdapat lebih dari 700 orang pengidap penyakit mental yang hidup mandiri dibiarkan berkeliaran di tempat-tempat umum dalam Kota Makassar. Jumlah tersebut tidak termasuk lebih dari 400 orang gila yang ditampung di Rumah Sakit Jiwa ‘Dadi’ Makassar.

Belum diperoleh data pasti berapa jumlah orang gila yang saat ini hidup mandiri berkeliaran di Kota Makassar.Namun melihat situasi terutama di berbagai sudut pusat Kota Makassar, diperkirakan populasinya masih cukup besar

Selain emper-emper toko, kantor, dan bangunan-bangunan perumahan, taman-taman dan trotoar menjadi tempat orang-orang gila ini beristrahat pada malam hari.

Wilayah edar dan istirahat mereka yang mudah terdeteksi, terutama di malam hari, seputar lingkungan Monumen Mandala, trotoar Jl. Jend. Sudirman, wilayah Pantai Losari dan sekitarnya, seputaran lingkungan luar Benteng Ujungpandang, jalan-jalan sekeliling Lapangan Karebosi, Pasar Sentral Makassar Mall, Jl Veteran hingga sekitar Pasar Pabaeng-baeng, seputra Pasar Terong, seputar Masjid Al Markaz Al Islami, seputar Stadion Mattoanging (Andi Mattalatta), Taman Jl. Ratulangi, Taman Segi Tiga Jl. Sultan Hasanuddin, Taman Macam, dan jalan-jalan di kawasan pecinaan.

Amat mengherankan, model penanganan warga pengidap penyakit mental di Kota Makassar khususnya masih belum baik. Padahal, seperti sudah diungkapkan, akar persoalannya telah diketahui sejak puluhan tahun lalu yaitu masih minimnya alokasi dana penanganan untuk seluruh pengidap penyakit mental tersebut, serta keterbatasan daya tampung rumah sakit jiwa yang ada.

Di samping, sejak lama telah diketahui bahwa umumnya para keluarga setelah memasukkan anggota keluarganya ke Rumah sakit Jiwa, banyak yang kemudian tidak peduli lagi sehingga menjadi kendala dalam upaya penyembuhannya. Namun masalah itu semua hanya menjadi catatan yang tidak diolah untuk dapat mengatasi masalah yang kemudian muncul berkaitan dengan penanganann orang-orang gila. Termasuk yang hidup berkeliaran di ruang-ruang publik.

Dalam waktu belakangan ini, ada cerita miris yang beredar di kalangan warga kota, bahwa sejumlah pengidap penyakit mental dari luar daerah (dari kabupaten) sengaja dilepaskan di Kota Makassar sebagai tempat aman oleh pihak keluarga terutama untuk menghilangkan jejak aib memiliki keturunan atau anggota keluarga yang gila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun