Penyebaran  Virus COVID-19 hampir di seluruh dunia, menyebabkan terhambatnya beberapa aktivitas manusia. Tidak  terkecuali dalam keberlangsungan pelaksanaan pendidikan. Sistem pendidikan di masa pandemik ini, mengharuskan pembelajaran dilakukan secara online (daring). Perkembangan IPTEK terus dimanfaatkan keberadaannya, demi menunjang keefektifan belajar secara daring.Â
Tidak dapat dipungkiri, WhatsApps merupakan platform media sosial yang saat pandemi ini, sangat dimanfaatkan oleh para guru dan siswa untuk saling berkomunikasi memberikan informasi belajar untuk memperlancar jalannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Benarkah orang tua siswa harus bisa menggunakan WhatsApp?
Bagi peserta didik usia SMP-Mahasiswa, aplikasi belajar online bukan lagi hal baru bagi mereka, karena mereka telah lebih piawai dalam menggunakan smartphone. Tetapi nyatanya, pembelajaran daring dengan IPTEK ini, masih banyak menitikberatkan peran orang tua sebagai pembimbing belajar anak dari rumah untuk mengakses media pembelajaran, terutama bagi siswa yang  masih duduk di bangku SD dan belum memiliki Handphone sendiri.Â
Oleh sebab itu, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua, terlebih lagi dalam menggunakan WhatsApp Group (WAG) yang menghubungkan siswa dengan guru dalam satu ruang diskusi.
Lantas, tantangan seperti apa yang orang tua hadapi saat menggunakan WhatsApp?
WhatsApp memang tidak asing lagi digunakan sebagai aplikasi pesan pada ponsel cerdas dalam kehidupan sehari-hari. Bukan masalah besar, bagi orang tua yang terbiasa menggunakan WhatsApp dalam kesehariannya.Â
Namun akan berbeda pada para orang tua yang gagap IPTEK. Bahkan, tidak pernah mengakses internet di setiap harinya. Hermih (37), sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yang memiliki 2 anak masih duduk di bangku SD. Ia mengalami berbagai tantangan dalam menggunakan WhatsAppÂ
"Sehari-hari saya pakai WhatsApp , jadi enggak masalah kalo gunainnya. Paling kendalanya, jaringan yang jelek sama kuota sih yang terbatas. Sekarang aja kuota dari pemerintah udah dikitkan sampe belum turun juga. Terus suka masih bingung paling kalo gurunya ngirim link didalam link."
Ternyata tantangan yang paling dihadapi dirinya adalah terkait keterbatasan kuota dan kendala jaringan dalam menerima informasi dari WAG juga masih sulitnya ia untuk membuka link atau tautan yang di kirim oleh guru.Â
Hermih juga mengeluhkan masalah kuota bantuan dari pemerintah saat pandemi ini, terlebih lagi disaat pembelajaran tatap muka perlahan diberlakukan secara bertahap justru subsidi kuota internet dari pemerintah semakin sedikit dan bahkan sudah tidak ada lagi.Â
"Kendalanya juga kadang kita sih kadang suka sulit bagi waktu, antara nemenin anak belajar sama jalanin pekerjaan rumah." Terakhir ia juga menambahkan satu hal pasti yang menjadi tantangan orang tua dalam menggunakan WAG, yaitu dalam hal pembagian waktu untuk selalu mengecheck grup kelas dengan menjalani pekerjaan sebagai IRT lainnya.Â
Bagaimana solusi orang tua  menjawab tantangan pembelajaran daring?
Asa bisa karena terbiasa, mungkin pepatah itulah yang dapat menggambarkan bagaimana orang tua dalam menghadapi tantangan pembelajaran daring.Â
Pembiasaan dalam menggunakan aplikasi pesan cerdas ini dalam kehidupan sehari-hari, akan membantu mereka terbiasa dalam memahami, mengenali, dan mengoperasikan setiap fitur-fitur pesan yang ada di WhatsApp.
Selain itu, terlepas dari penggunaan WhatsApp untuk membantu anak belajar dari rumah, keahlian dalam menggunakan WA bagi orang tua juga akan mempermudah mereka untuk saling menerima dan bertukar informasi dengan orang lain secara efektif dan efisien.Â