Tantangan terkini yang dihadapi perusahaan maupun organisasi adalah memastikan tersedianya Leadership Pipeline suatu jalur untuk mencetak pemimpin baru yang berkesinambungan. Upaya ini bukan hal yang sederhana, sebab keterbatasan sumber daya waktu, biaya, dan tenaga kerap menjadi hambatan. Namun demikian, keberadaan pipeline kepemimpinan yang terencana akan menjadi penopang keberlangsungan organisasi, bahkan menginspirasi lahirnya generasi baru yang siap mengambil tongkat estafet kepemimpinan.
Untuk menjawab kebutuhan mencetak pemimpin yang andal dan suksesor yang siap mengemban tongkat kepemimpinan berikutnya, lahirlah konsep Talentship. Talentship dibangun dengan memadukan aspek Talent Management dan Leadership melalui tiga prasyarat mendasar: pola pikir yang menjadi fondasi, kapabilitas yang menguatkan, serta lingkungan yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan. Ketiga hal ini ibarat pohon: akar yang menancap kuat adalah pola pikir, batang yang kokoh adalah kapabilitas, sementara daun dan cabang yang terus bertumbuh adalah lingkungan yang subur. Dengan keseimbangan ketiganya, pohon kepemimpinan akan menghasilkan buah yang memberi manfaat.
Dalam kerangka inilah membaca hadir sebagai salah satu kunci penting. Membaca bukan sekadar aktivitas akademik, melainkan jalan menemukan makna, menumbuhkan empati, dan memperluas cakrawala berpikir. Banyak orang menemukan kekuatan dari membaca, terutama ketika berada di titik terendah dalam hidup. Buku mampu menjadi penuntun dari kegelapan menuju cahaya, dari keterbatasan menuju kelapangan pikiran.
Kisah tentang membaca sering kali lahir dari pengalaman pribadi yang penuh ujian. Ada yang kehilangan orang terdekat di usia muda, ada pula yang menanggung duka ketika masih menempuh pendidikan. Namun, justru dari ruang-ruang sepi itulah membaca hadir sebagai pintu penyembuh. Dari satu buku ke buku lain, lahirlah kesadaran baru bahwa dunia tidak sesempit pikiran manusia, dan masa depan selalu menyimpan harapan bagi mereka yang mau berusaha.
Al-Qur’an sendiri menegaskan pentingnya membaca. Firman Allah:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)
Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa membaca adalah gerbang menuju ilmu pengetahuan. Dari membaca lahir pemahaman, dari pemahaman lahir kebijakan, dan dari kebijakan lahir kepemimpinan yang adil.
Inilah alasan mengapa pejabat perlu membaca buku. Seorang pejabat bukan sekadar pemegang jabatan administratif, tetapi pengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan jutaan orang. Tanpa wawasan luas, keputusan bisa terburu-buru, dangkal, bahkan menyesatkan. Membaca melatih pejabat untuk memahami sejarah, belajar dari pengalaman bangsa lain, serta menemukan kebijaksanaan dari para pemikir besar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)