Mohon tunggu...
Maesaroh
Maesaroh Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis Lepas:NapasKata Pendamping Pendidikan anak "Menangkap Sinyal Fitrah anak" S1 Jurnalistik UIN Jkt S2 Komunikasi UIN Bdg

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca Sebagai Jalan Kepemimpinan: Dari Ruang Sunyi ke Ruang Kebijakan

27 September 2025   13:31 Diperbarui: 27 September 2025   13:38 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku bacaan (dok pribadi)

AI
AI

Tantangan terkini yang dihadapi perusahaan maupun organisasi adalah memastikan tersedianya Leadership Pipeline suatu jalur untuk mencetak pemimpin baru yang berkesinambungan. Upaya ini bukan hal yang sederhana, sebab keterbatasan sumber daya waktu, biaya, dan tenaga kerap menjadi hambatan. Namun demikian, keberadaan pipeline kepemimpinan yang terencana akan menjadi penopang keberlangsungan organisasi, bahkan menginspirasi lahirnya generasi baru yang siap mengambil tongkat estafet kepemimpinan.

Untuk menjawab kebutuhan mencetak pemimpin yang andal dan suksesor yang siap mengemban tongkat kepemimpinan berikutnya, lahirlah konsep Talentship. Talentship dibangun dengan memadukan aspek Talent Management dan Leadership melalui tiga prasyarat mendasar: pola pikir yang menjadi fondasi, kapabilitas yang menguatkan, serta lingkungan yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan. Ketiga hal ini ibarat pohon: akar yang menancap kuat adalah pola pikir, batang yang kokoh adalah kapabilitas, sementara daun dan cabang yang terus bertumbuh adalah lingkungan yang subur. Dengan keseimbangan ketiganya, pohon kepemimpinan akan menghasilkan buah yang memberi manfaat.

Dalam kerangka inilah membaca hadir sebagai salah satu kunci penting. Membaca bukan sekadar aktivitas akademik, melainkan jalan menemukan makna, menumbuhkan empati, dan memperluas cakrawala berpikir. Banyak orang menemukan kekuatan dari membaca, terutama ketika berada di titik terendah dalam hidup. Buku mampu menjadi penuntun dari kegelapan menuju cahaya, dari keterbatasan menuju kelapangan pikiran.

Kisah tentang membaca sering kali lahir dari pengalaman pribadi yang penuh ujian. Ada yang kehilangan orang terdekat di usia muda, ada pula yang menanggung duka ketika masih menempuh pendidikan. Namun, justru dari ruang-ruang sepi itulah membaca hadir sebagai pintu penyembuh. Dari satu buku ke buku lain, lahirlah kesadaran baru bahwa dunia tidak sesempit pikiran manusia, dan masa depan selalu menyimpan harapan bagi mereka yang mau berusaha.

Al-Qur’an sendiri menegaskan pentingnya membaca. Firman Allah:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)

Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa membaca adalah gerbang menuju ilmu pengetahuan. Dari membaca lahir pemahaman, dari pemahaman lahir kebijakan, dan dari kebijakan lahir kepemimpinan yang adil.

Inilah alasan mengapa pejabat perlu membaca buku. Seorang pejabat bukan sekadar pemegang jabatan administratif, tetapi pengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan jutaan orang. Tanpa wawasan luas, keputusan bisa terburu-buru, dangkal, bahkan menyesatkan. Membaca melatih pejabat untuk memahami sejarah, belajar dari pengalaman bangsa lain, serta menemukan kebijaksanaan dari para pemikir besar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Hadis ini tidak hanya berlaku untuk pelajar atau santri, tetapi juga untuk siapa saja, termasuk pemimpin dan pejabat negara. Seorang pejabat yang gemar membaca akan memiliki kerendahan hati untuk terus belajar, memahami aspirasi rakyat, serta mampu menawarkan solusi yang lebih bermakna.

Sejarah dunia membuktikan, banyak tokoh besar menjadikan buku sebagai sahabat hidup. Bung Hatta pernah berkata bahwa ia rela dipenjara asalkan bersama buku, karena buku mampu membebaskan pikiran bahkan ketika tubuh terbelenggu. Seorang pejabat yang gemar membaca akan lebih terbuka terhadap ide, lebih bijak dalam mengelola konflik, dan lebih visioner dalam memimpin.

Membaca adalah investasi peradaban. Jika pejabat rajin membaca, maka kebijakan yang lahir bukan hanya respons sesaat terhadap masalah, melainkan solusi jangka panjang yang berakar pada ilmu dan kearifan.

Allah pun berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Maka, membaca bagi pejabat bukanlah pilihan tambahan, melainkan kebutuhan. Dengan membaca, pejabat belajar memahami rakyat, merasakan penderitaan mereka, sekaligus menata masa depan bangsa dengan lebih cerdas dan bermartabat.

Salah satu buku yang layak menjadi bacaan pejabat adalah karya Steven Yudiyantho, From Leadership to Talentship: The Book for All Leader who Want to Overcome (Elex Media Komputindo).

Buku ini memperkenalkan konsep Talentship, yakni bagaimana seorang pemimpin tidak cukup hanya mengandalkan jabatan, tetapi juga harus mengembangkan bakat dan kapasitas diri agar mampu menghadapi tantangan kompleks. Bagi pejabat, hal ini sangat relevan karena kepemimpinan publik menuntut kemampuan adaptif, solutif, dan antisipatif dalam merespons persoalan masyarakat.

Selain itu, buku ini mengajak pemimpin untuk berani overcome mengatasi masalah bukan sekadar secara reaktif, melainkan dengan strategi visioner. Karena ditulis oleh penulis Indonesia, gaya bahasa dan contoh yang digunakan lebih dekat dengan realitas birokrasi serta tantangan kepemimpinan di tanah air.

Membaca buku seperti ini menjadi modal berharga bagi pejabat agar kepemimpinannya tidak hanya administratif, tetapi juga transformatif. Dengan kata lain, membaca bukan hanya memperkaya wawasan, melainkan juga memperkuat kualitas pelayanan publik dan arah kebijakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun