Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kopi Kacamata dan Simbol Keakraban

27 Agustus 2022   11:25 Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:37 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asal Mula Cap Kacamata

Awalnya penjualan kopi bubuk dari jenis Arabika dan Robusta itu dijual dengan bungkus yang polos tanpa merk. Namun orang-orang kerap menyebutnya dengan nama kopi Babah Sipit atau Bah Sipit, sapaan akrab Yoe Hong Keng. Karena sang penjual yang peranakan Cina/Tionghoa secara fisik dikenal bermata sipit, selain berkulit kuning langsat. Pada saat itu lumrah orang menyebut dengan ciri fisik tanpa bermaksud merendahkan.

Hal ini dibenarkan oleh Nancy Wahyuni Yusuf, ST yang merupakan generasi ketiga dari pemilik toko kopi ini dengan mengabadikannya sebagai nama toko kopinya.

Menurut keterangan Abdullah Batarfie kembali, pada tahun 1950-an ketika muncul alat cetak dan trend bungkus dengan merk yang dicetak, Babah Sipit menemui sahabatnya, Muhammad Bawael. Kebetulan rumah mereka tidak begitu jauh jaraknya. Kepada karibnya yang memiliki usaha cetak itu, Babah Sipit menceritakan maksudnya. Dia ingin bungkus kopinya pun dicetak namun belum tahu capnya apa. Saat itu istilah yang digunakan untuk sebuah merk dagang adalah cap.

Akhirnya Muhammad Bawael mengusulkan, bagaimana kalau kacamata Babah Sipit sendiri yang digunakan sebagai merk dagang atau capnya. Karena kacamata itu mengingatkan pada panggilan akrab Babah yang matanya sipit. "Jadilah Cap Kacamata menjadi trade mark-nya kopi Bah Sipit hingga kini," tutur Abdullah. "Dan menjadi kopi andalan peranakan Arab yang ada di daerah Empang ini," tambahnya lagi.

Kopi ini akhirnya memiliki penggemar fanatik yang tak hanya mereka yang tinggal di kawasan Empang semata. Namun juga dari daerah Ciapus dan Pamoyanan, karena adanya pertemuan antar pedagang dan pembeli di Pasar Empang yang sekarang menjadi alun-alun Empang itu.

Di antara para penggemar fanatiknya adalah pemilik pusat gamelan Gong Home-Pancasan serta May Sumarna, penyanyi terkenal era 70-an yang juga berasal dari Pancasan.

"Bahkan dulu harus rela antri menunggu toko buka demi mendapatkan kopi Bah Sipit Cap Kacamata ini," ujar Abdullah kembali. "Kini, kita bisa ngopi langsung di tempatnya," sambungnya sambil memamerkan gelas kopi bergambar Babah Sipit.

"Ini adalah konsep baru yang kita tawarkan untuk mereka para penggemar kopi," kata Nancy.

Tetap Mempertahankan Ciri Khas

Seiring perkembangan zaman dan trend yang serba kekinian, coba dijawab oleh Nancy sebagai penerus usaha dari merk kopi yang sudah punya nama di hati penggemarnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun