Mohon tunggu...
Ni Made Lismayanti
Ni Made Lismayanti Mohon Tunggu... Guru SMK Negeri 1 Sawan

Mahasiswa S2 Pendidikan IPA Undiksha Singaraja 2025

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Idealisme dalam Pendidikan antara Keterampilan, Nilai dan Kemanusiaan

9 Oktober 2025   11:16 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:16 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Pembahasan / Isi Utama

1. Esensi Idealisme dalam Filsafat Pendidikan

            Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang menempatkan ide, nilai, dan kesadaran sebagai realitas tertinggi. George F. Kneller (1971:23) menjelaskan bahwa "Idealisme adalah pandangan bahwa realitas tertinggi bersifat mental, spiritual, atau rasional, bukan fisik atau material." Dengan kata lain, dunia ide dan nilai lebih hakiki daripada dunia benda. Dalam konteks pendidikan, pandangan ini berarti bahwa pembelajaran tidak semata-mata menekankan hasil akhir atau produk keterampilan, tetapi pada proses berpikir, pemaknaan, dan pembentukan karakter peserta didik.

Pendidikan yang berlandaskan idealisme mengajarkan bahwa manusia harus belajar untuk menjadi lebih bijak, bukan hanya lebih pandai. Plato, salah satu tokoh utama idealisme, menegaskan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun jiwa manusia menuju kebenaran dan kebajikan. Artinya, keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari kemampuan intelektual, tetapi dari integritas moral, kejujuran, dan kesadaran spiritual yang tumbuh dari dalam diri.

2. Idealisme di Tengah Tantangan Dunia Modern

Era digital dan globalisasi saat ini mendorong efisiensi, kecepatan, dan hasil instan. Dunia industri membutuhkan tenaga kerja yang kompeten dan terampil. Namun, jika pendidikan hanya menekankan aspek teknis, maka nilai-nilai kemanusiaan akan mudah terkikis. Inilah tantangan utama bagi pendidikan vokasional, termasuk di SMK Negeri 1 Sawan.

Sebagai contoh, siswa jurusan Kuliner diajarkan untuk membuat hidangan dengan standar tinggi. Tapi tanpa nilai idealisme, kegiatan itu bisa berubah menjadi rutinitas mekanis tanpa makna. Idealisme mengingatkan kita bahwa memasak bukan sekadar keterampilan teknis, melainkan bentuk ekspresi nilai --- ketelitian, kejujuran dalam mengukur bahan, dan kepedulian terhadap cita rasa orang lain. Dengan demikian, seorang siswa kuliner tidak hanya belajar membuat makanan, tetapi juga menanamkan nilai kemanusiaan melalui profesinya.

Begitu pula dalam jurusan DKV, ketika siswa merancang desain untuk kampanye sosial atau promosi produk lokal. Mereka diajak tidak hanya mengejar estetika visual, tetapi juga berpikir kritis tentang pesan moral dan dampak sosial dari karyanya. Sementara itu, di jurusan Perhotelan, siswa tidak hanya berlatih melayani tamu, tetapi juga menginternalisasi nilai empati, ketulusan, dan tanggung jawab.

3. Integrasi Idealisme dalam Pembelajaran Projek IPAS

Pembelajaran projek IPAS di SMK Negeri 1 Sawan menjadi ruang strategis untuk menanamkan nilai-nilai idealisme. Misalnya, pada projek bertema "Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehidupan Sehari-hari", siswa kuliner mempraktikkan pembuatan produk fermentasi seperti tape singkong, yoghurt, atau tempe. Dalam prosesnya, guru mengajak siswa untuk merenungkan nilai-nilai di balik kegiatan itu kesabaran dalam menunggu hasil fermentasi, kejujuran dalam mengikuti prosedur ilmiah, serta kepedulian terhadap keamanan dan kesehatan konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun