Sang pedanda mulai berhenti berdo'a. Satu persatu orang mulai berdiri dan bersiap-siap meninggalkan Petirtaan Jolotundo karena hari mulai terlihat gelap.
Tepat saat matahari mulai terbenam, muncullah bulan purnama yang cukup terang. Hari itu adalah tahun keseratus kematian Anak Agung Putu Wartayasa. Hari itu juga adalah hari kelahirannya ke dunia.
Dari balik patung Dewa Wisnu, arwah Anak Agung Putu Wartayasa menyaksikan sebuah cahaya yang sangat terang turun dari atas langit. Sebuah cahaya yang hanya dapat ia saksikan sendiri.
"Temuilah kekasihmu, jemput ia. Bersatulah kalian dalam keabadian. Bersatulah kalian di reinkarnasi kehidupan kalian mendatang." sebuah suara menggema di telinga Anak Agung Putu Wartayasa.
"Terimakasih Dewa, kau telah mengabulkan permohonanku."
Cahaya itu berhenti tepat didepan arwah Anak Agung Putu Wartayasa. Dalam siraman sinar bulan yang mulai purnama dan terpaan sinar matahari yang mulai meredup diatas langit serta lantunan do'a-do'a sang pedanda, cahaya itu berubah wujud menjadi sosok Dayu Oka.
"Bli Agung...."
"Dayu Oka..."
Dua kekasih itu akhirnya dipertemukan kembali. Mereka akhirnya bersatu dalam keabadian. Tiba-tiba, dua buah kilat cahaya melesat ke udara. Sebuah cahaya reinkarnasi Dayu Oka merasuk kedalam tubuh Saraswati. Sedangkan cahaya reinkarnasi Anak Agung Putu Wartayasa merasuk kedalam tubuh wanita disamping Saraswati.
***
"Jadi, kau dan suamimu adalah warga asli Mojokerto sini ya?"