Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Canang Sari

13 Desember 2019   20:39 Diperbarui: 13 Desember 2019   20:36 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai petunjuk Sang Hyang Widhi, ia harus mencari sumber mata air Dewa Wisnu. Sumber mata air itulah yang akan menyucikan jiwanya dari amarah dan balas dendam didalam hatinya.

Hampir puluhan tahun ia tinggal di Jawa. Ratusan purnama telah ia lewati bersama pelinggih itu. Kepemilikan pelinggih itupun sudah beganti tangan beberapa kali. Namun sayang, Anak Agung Putu Wartayasa belum juga menemukan sumber mata air Dewa Wisnu yang akan menyucikan jiwanya.

Hingga suatu hari, pelinggih itu dibawa menuju sebuah sumber mata air untuk disucikan. Pemilik terakhir pelinggih itu adalah sepasang suami istri pengusaha Galeri Seni di Mojokerto.

Pelinggih setinggi badan orang dewasa itu diangkut menggunakan sebuah mobil box. Lengkap dengan Canang sari dan perlengkapan upacara lainnya.

"Sepertinya keputusan kita sudah tepat, Bu."

"Betul Pak... Dengan membersihkan pelinggih yang terlihat mulai menghitam ini, semoga hati dan jiwa kita ikut bersih dan kehidupan kita akan diberkati oleh Sang Hyang Widhi." ucap wanita itu kepada suaminya. Mobil box putih itu melaju cepat menuju Petirtaan Jolotundo.

Setiba di lereng Gunung Penanggungan, mereka membawa  pelinggih itu berdua. Ukurannya yang tidak terlalu besar, membuat pelinggih itu sedikit ringan saat dibawa. Di halaman yang cukup luas tak jauh dari Petirtaan Jolotundo, suami istri itu meletakkan  pelinggih. Lalu mereka berjalan menuju kolam untuk mengambil air yang keluar dibawah patung Dewa Wisnu naik burung Garuda.  Patung itu berdiri gagah di tengah-tengah kolam. Memancarkan airnya yang jernih dibawah telapak kaki burung Garuda. Bunyi gemericik air terasa menenangkan telinga.

Anak Agung Putu Wartayasa merasakan sebuah kekuatan besar di sekelilingnya. Kekuatan itu memancar secara niskala. Ia merasakan kekuatan itu makin mendekat. Ia mengamati keadaan di sekelilingnya. Ternyata kekuatan itu berasal dari patung yang berdiri ditengah-tengah kolam Petirtaan Jolotundo. Ia segera bersujud menyembah patung itu. Sebuah suara menggema didalam telinganya.

"Bertapalah disitu, sucikanlah jiwamu dengan air kolam itu. Jadikanlah ini sebuah ujian kesabaranmu. Jika kau berhasil, kelak jiwamu akan suci kembali. Dan kau akan bertemu dengan kekasihmu. Ida Ayu Oka."

Anak Agung Putu Wartayasa tersenyum bahagia. Ia menjalankan petunjuk yang dibisikkan kepadanya. Ia sudah tidak sabar menantikan saat-saat pertemuannya dengan kekasihnya Ida Ayu Oka di Nirwana. Pertemuan yang akan menyatukan mereka dalam keabadian setelah Anak Agung Putu Wartayasa suci kembali.

"Tunggu aku Dayu...." ucap Anak Agung Putu Wartayasa. Sebuah cahaya terlihat melesat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun