Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Ashlar (Part 33)

14 November 2018   16:24 Diperbarui: 14 November 2018   16:48 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam merangkak turun...

      Suasana di kompleks Al Djinn yang sepi dan gelap mendadak berubah. Kilatan cahaya kebiruan muncul diatas dataran Zamani. Membuat keadaan sekitarnya menjadi terang benderang. Sebuah lubang hitam muncul ditengah -- tengah kilatan cahaya kebiruan itu. Lubang itu semakin membesar. Disertai dengan suara gemuruh angin, keluarlah Yodh dan Taw dari dalam lubang hitam dalam wujud manusia. Mereka dikawal oleh beberapa prajurit yang membawa pedang dan tombak.

      Yodh kemudian menutup lubang hitam itu dengan sihirnya. Lalu mereka berjalan menuruni bukit. Mereka berjalan menuju sebuah bukit batu cadas tak jauh dari tempat mereka. Sesampai disana, Yodh dan Taw melihat sesosok lelaki berjubah gelap berdiri dengan sebuah tongkat di tangan kanannya.

"Katakan dimana patung itu." tanya Yodh.

"Aku tidak tahu keberadaan patung itu, tapi aku bisa membantumu mencarinya." jawab Simkath datar.

"Jadi kau menipuku?" ucap Yodh geram dengan tangan kanan mengepal mengeluarkan bulatan cahaya kemerahan seperti bara api. Sebuah kekuatan sihir yang siap ia hantamkan ke tubuh Simkath.

"Tahan dulu, simpan kekuatanmu itu. aku tidak bermaksud menipumu."

"Lalu....?" tanya Yodh kemudian.

      Simkath berjalan mendekati Yodh. Ia mengeluarkan liontin batu rubi hijau dari balik jubahnya. Mata Yodh silau. Ia menyipitkan matanya. Tubuh Yodh bergetar hebat. Pendar cahaya yang dikeluarkan oleh liontin itu membuat aliran darah dalam tubuhnya melambat. Urat nadi di lehernya terlihat menonjol. Lidahnya mendesis dan menjulur -- julur keluar menahan sakit.

"Hentikaaaannn.... Panas!!!" teriak Yodh. Pengawal Yodh seketika berubah menjadi wujud ular. Mereka semua menggeliat -- geliat bergerak menjauh dari Simkath. Simkath memasukkan kembali liontin itu kedalam jubahnya.

      Malam makin gelap dan pekat. Angin berhembus cukup kencang. Yodh memerintahkan seluruh anak buah dan pengawalnya  berkumpul. Dengan dipimpin Simkath, ritual pemindahan kekuatan mulai dilaksanakan. Sebuah kesepakatan diantara mereka berdua telah terjadi malam itu.

***

      Pagi itu kuil Qasr Al Binth cukup ramai. Beberapa pendeta kuil sibuk menyambut para penduduk yang hendak berdo'a disana. Mereka masing -- masing membawa persembahan untuk Dewi Allat. Diantara para penduduk yang berdo'a didalam kuil, nampak lima orang berjubah hitam dan memakai burka. Mereka ikut berdo'a disana. Namun berbeda dengan penduduk yang lain, posisi mereka agak menjauh dari patung Dewi Allat.

"Taw... Jagalah tubuhku. Jangan sampai tersentuh oleh tangan manusia. Aku akan melacak keberadaan patung Dewa Dhushara." ucap Yodh kepada Taw melalui alam bawah sadar mereka.

"Baik Tuan..." balas Taw tanpa membuka mulutnya sedikitpun.

      Mulut Yodh merapalkan mantra. Perlahan -- lahan roh Yodh berpisah dari tubuhnya. Dari mulutnya keluar asap putih. Lalu melayang -- layang bebas di udara. Mengelilingi seisi ruangan altar didalam Kuil Qasr Al Binth. Lalu menghilang.

      Sementara itu keempat pengikut Yodh masih berada ditempatnya. Duduk bersila sambil menunduk dan meletakkan kedua tangan mereka diatas lutut. Mulut mereka bergerak -- gerak merapalkan mantra. Mantra untuk memberi kekuatan kepada Yodh agar tetap bisa bertahan dalam wujud roh.

      Tiba -- tiba konsentrasi Taw buyar ketika seorang pendeta mendatangi mereka.

"Tuan... Tuaaan..." tanya pendeta itu pelan kepada Yodh. Tubuh Yodh diam membisu. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Merasa tidak dihiraukan, pendeta itu mencoba menyentuh bahu Yodh.

"Hentikan..." ucap Taw.

"Ma... Maaf Tuan, aku hanya berusaha memeriksa kondisi teman Tuan. Sebab aku lihat tadi mulutnya mengeluarkan asap. Aku takut terjadi apa -- apa kepadanya." jawab pendeta itu sedikit ketakutan melihat tatapan mata Taw.

"Kau tidak perlu khawatir, ia baik -- baik saja." ucap Taw dengan suara berat dan parau. Matanya yang berwarna hijau membelalak lebar.

"Baiklah kalau begitu. Maaf, aku pergi dulu." jawab pendeta itu ketakutan.

      Suasana kuil mulai sepi. Namun roh Yodh belum juga kembali ke tubuhnya. Hal ini membuat Taw menjadi cemas. Ia mengkhawatirkan keadaan Tuannya itu. Ketakutan mulai menyergap pikirannya. Hingga akhirnya ia membuat keputusan untuk melepas roh dari tubuhnya. Mencari keberadaan Tuannya. Namun ketika ia mulai merapalkan mantra sihirnya, ia mendengar suara seseorang menarik napas panjang. Ia mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Yodh telah kembali berkumpul dengan mereka.

"Tuan sudah kembali?" tanya Taw.

"Sudah. Ayo kita pergi dari sini." perintah Yodh.

***

      Malam harinya, Simkath berusaha berkomunikasi dengan Yodh. Setelah ia memberikan sebagian kekuatan liontin miliknya, kekuatan Yodh mulai bertambah. Kini Yodh dan para pengikutnya telah bisa bertahan dalam wujud sebagai manusia biasa sepanjang hari tanpa terpengaruh oleh kekuatan patung Dewa Dhushara. Kekuatan liontin milik Simkath telah membuat mereka bisa bertahan dalam wujud manusia sepanjang hari. Sebagai imbalannya, Simkath akan dijanjikan sebuah kekuasaan di Kota Petra jika Bangsa Bawah berhasil menguasainya kelak.

"Apakah kau sudah mendapatkan patung itu?" tanya Simkath kepada Yodh melalui alam bawah sadarnya.

"Belum, aku tidak menemukan patung itu di kuil manapun. Termasuk didalam Kuil Qasr Al Binth di Kota Hegra."

"Tapi bukankah di Kota Hegra hanya kuil itulah yang terbesar diantara kuil -- kuil lainnya?"

"Kau benar, kekuatanku mulai melemah. Aku sudah menggunakan banyak kekuatan sihirku untuk membuka pintu dimensi waktu dari Kota Petra menuju Kota Hegra, lalu aku menggunakannya kembali untuk memisahkan rohku dari tubuhku saat melacak keberadaan patung itu di Kuil Qasr Al Binth. Kali ini kekuatanku benar -- benar terkuras habis."

"Mungkin kau perlu mencobanya lain waktu. Pulihkan dulu kekuatanmu." ucap Simkath.

***

Keesokan paginya...

"Berhati -- hatilah pendeta, jaga dirimu baik -- baik."

"Terimakasih. Aku akan segera kembali dalam beberapa hari lagi." jawab Pendeta Ayham. Lalu pendeta itu masuk kedalam kereta unta miliknya. Beberapa saat kemudian kereta itu telah meninggalkan Kuil Qasr Al Binth.

      Seorang pengikut Yodh berdiri tak jauh dari pintu gerbang Kuil Qasr Al Binth. Cukup lama ia berdiri dari balik batu besar tak jauh dari kuil. Ia mengamati setiap detail gerakan mereka dari jauh. Mendengarkan dengan jelas perkataan yang keluar dari mulut kedua pendeta itu dengan indera pendengaran seorang jin yang tajam. Ia sengaja berada disana selama beberapa hari terakhir untuk memata -- matai kuil itu. Mencari kesempatan yang tepat agar bisa melacak kembali keberadaan patung Dewa Dhushara disana.

      Setelah beberapa saat, kereta itu terlihat mulai jauh meninggalkan kuil. Pengikut Yodh memanfaatkan kesempatan ini. Dengan mantra sihirnya, ia mengubah wujudnya sama persis dengan sang pendeta tanpa cela sedikitpun. Lalu ia berjalan keluar dari tempat persembunyiannya dan masuk kedalam kuil.

      Pendeta penjaga yang mengantar kepergian Pendeta Ayham merasa kaget. Ia tidak menyangka Pendeta Ayham kembali secepat itu.

"Tuan, mengapa Tuan kembali secepat ini?" tanya pendeta penjaga kuil.

      Pengikut Yodh pun sedikit gusar sebab ia sendiri tidak tahu untuk apa ia kembali ke kuil. Sehingga ia memutar otaknya untuk mencari alasan yang masuk akal. Tiba -- tiba matanya tertuju pada sebuah jubah lusuh yang menggantung di dinding kuil.

"Oh... Iii.. Itu aku hendak mengambil jubahku. Apa kau masih menyimpannya?" ucapnya sambil memandang kearah jubah lusuh itu.

"Jubah kebesaran pendeta masih kami simpan. Apakah Pendeta Ayham hendak mengambil jubah itu?" tanya pendeta penjaga kuil.

"I... Iya, aku membutuhkan jubah itu untuk ritual nanti." jawab Pendeta Ayham palsu terbata -- bata.

"Baiklah, mari ikut saya."

      Dengan membawa sebuah lampu minyak, kedua orang itu berjalan menuju sebuah ruangan rahasia. Sebuah ruangan yang hanya diketahui oleh beberapa pendeta saja. Termasuk pendeta penjaga. Mereka berdua akhirnya sampai disana setelah memasuki celah sempit dan pengap.

      Tanpa curiga sedikitpun, pendeta penjaga itu segera mempersilakan Pendeta Ayham palsu masuk kedalam. Mata jin pengikut Yodh mengawasi keadaan didalam ruangan yang baru dilihatnya itu. Ia mengamati setiap barang -- barang yang ada disana.

"Ruangan apa ini pendeta?" tanya Pendeta Ayham palsu.

"Tempat ini bernama Ashlar, bukankah pendeta sering kemari untuk bermeditasi?" tanya pendeta penjaga itu membalikkan badannya sambil menatap heran kepada  Pendeta Ayham palsu.

"Oh... Ii.. iya aku lupa, mungkin sudah lama aku tidak bermeditasi kemari. Mungkin aku yang terlalu sibuk." jawab Pendeta Ayham palsu terbata -- bata. Lalu pendeta penjaga kuil kembali mencari jubah untuk Pendeta Ayham.

      Pendeta Ayham palsu itu terus mengamati keadaan sekelilingnya. Tiba -- tiba ia dikagetkan dengan sebuah patung berbentuk persegi diatas meja kayu.  Ia segera mendekati patung itu. Tubuh Pendeta Ayham palsu  mendadak panas. Butir -- butir keringat menetes dari lehernya. Kini dihadapannya tergeletak patung Dewa Dhushara yang selama ini diincar oleh Tuannya. Kekuatan pengikut Yodh itu seketika melemah. Namun karena apa yang ia cari selama ini sudah didepan mata, ia segera mengambil patung itu dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya meskipun kekuatannya mulai melemah.

"Ini jubah yang Tuan cari." ucap pendeta penjaga sambil menyerahkan sebuah jubah kepada pengikut Yodh.

"Te... Terimakasih banyak." jawab Pendeta Ayham palsu itu sambil terus meneteskan keringat dari dahi dan lehernya.

"Mengapa wajah Tuan mendadak kemerahan begitu? Apakah Tuan sakit?" tanya pendeta penjaga kuil.

"Ti... Tidak pendeta, a... aku baik -- baik saja. Mungkin udara di ruangan ini terlalu panas buatku."

"Tuan menyembunyikan apa? Apa dibalik jubah Tuan itu?" tanya pendeta penjaga kuil tiba - tiba.

      Karena keadaan mulai menyudutkannya, pengikut Yodh itu terpaksa menggunakan sihirnya agar pendeta penjaga itu tertidur.

"Aku pastikan setelah kau bangun nanti, kau tidak akan mengingat kejadian ini sama sekali." gumam pengikut Yodh setelah meniupkan mantra sihirnya ke wajah pendeta penjaga itu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun