Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Ashlar (Part 33)

14 November 2018   16:24 Diperbarui: 14 November 2018   16:48 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

      Pagi itu kuil Qasr Al Binth cukup ramai. Beberapa pendeta kuil sibuk menyambut para penduduk yang hendak berdo'a disana. Mereka masing -- masing membawa persembahan untuk Dewi Allat. Diantara para penduduk yang berdo'a didalam kuil, nampak lima orang berjubah hitam dan memakai burka. Mereka ikut berdo'a disana. Namun berbeda dengan penduduk yang lain, posisi mereka agak menjauh dari patung Dewi Allat.

"Taw... Jagalah tubuhku. Jangan sampai tersentuh oleh tangan manusia. Aku akan melacak keberadaan patung Dewa Dhushara." ucap Yodh kepada Taw melalui alam bawah sadar mereka.

"Baik Tuan..." balas Taw tanpa membuka mulutnya sedikitpun.

      Mulut Yodh merapalkan mantra. Perlahan -- lahan roh Yodh berpisah dari tubuhnya. Dari mulutnya keluar asap putih. Lalu melayang -- layang bebas di udara. Mengelilingi seisi ruangan altar didalam Kuil Qasr Al Binth. Lalu menghilang.

      Sementara itu keempat pengikut Yodh masih berada ditempatnya. Duduk bersila sambil menunduk dan meletakkan kedua tangan mereka diatas lutut. Mulut mereka bergerak -- gerak merapalkan mantra. Mantra untuk memberi kekuatan kepada Yodh agar tetap bisa bertahan dalam wujud roh.

      Tiba -- tiba konsentrasi Taw buyar ketika seorang pendeta mendatangi mereka.

"Tuan... Tuaaan..." tanya pendeta itu pelan kepada Yodh. Tubuh Yodh diam membisu. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Merasa tidak dihiraukan, pendeta itu mencoba menyentuh bahu Yodh.

"Hentikan..." ucap Taw.

"Ma... Maaf Tuan, aku hanya berusaha memeriksa kondisi teman Tuan. Sebab aku lihat tadi mulutnya mengeluarkan asap. Aku takut terjadi apa -- apa kepadanya." jawab pendeta itu sedikit ketakutan melihat tatapan mata Taw.

"Kau tidak perlu khawatir, ia baik -- baik saja." ucap Taw dengan suara berat dan parau. Matanya yang berwarna hijau membelalak lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun