Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peri Segaran

17 Januari 2017   17:53 Diperbarui: 17 Januari 2017   18:46 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Javanese dancer painting source : Dokumen pribadi

Centhini segera melepas pelukan ibunya dan berlari mendekati Supardi yang terjerembab ke lantai dengan dada berlumuran darah.

“Kakang, apa yang terjadi padamu…? teriak Centhini ketakutan. Pikiran Centhini seakan kosong. Ia tak memperdulikan sekelilingnya. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah pria yang ada didepannya. Supardi.

Dengan sigap Centhini membopong tubuh Supardi yang lunglai menuju kamarnya.

“Kalian semua tetaplah tenang disini, biar aku yang mengatasi semuanya” ucap Centhini di ruangan itu.

Pelan – pelan mereka berdua berjalan menuju kamar Centhini. Saat mereka mulai menjauh dari ruangan utama kerajaan, Supardi segera memanfaatkan keadaan. Ia mengeluarkan tusuk sanggul kecil yang ia temukan di kamar Centhini. Ia menghunuskannya ke leher Centhini.

“Katakan, dimana pintu keluarnya. Kembalikan aku ke duniaku.” bentak Supardi.


Seketika Centhini tidak kuasa, ia tak bisa menggunakan kekuatan gaibnya untuk melawan Supardi. Karena sumber kekuatannya ada di genggaman Supardi suaminya. Cengkeraman Supardi begitu kuat memegang tangannya. Ia akhirnya pasrah menuruti kehendak Supardi. Mengantarnya menuju gerbang istana Kerajaan Segaran.

“Baiklah, aku akan antar Kakang.” jawab Centhini ketakutan.

Mereka berdua akhirnya pergi keluar istana, tanpa seorangpun tahu. Pembesar istana dan pengawal istana tak ada yang tahu satupun. Bahkan Kosasih. Ibu Centhini.

“Lewat sini Kakang. Ini adalah jalan rahasia. Hanya aku dan ibuku yang tahu. Aku sengaja membawamu kesini karena aku tak ingin kau ditangkap oleh pengawal kerajaan atas perbuatanmu ini. Karena aku masih sangat mencintaimu Kakang Lembudana.” ucap Centhini berurai airmata.

Centhini tak menyangka bahwa penantiannya selama ratusan tahun akan berakhir seperti ini. Cintanya dibalas dengan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan dari orang yang selama ini ia nantikan kedatangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun