“Eeeh… Itu Cik, aku hendak bertandang kerumah Sari meminta beberapa lembar daun pisang untuk hajatan besok” jawab Fatimah.
“Aaah… Apa awak tak ada lelaki dirumah? Minta tolonglah kepada mereka. Tak baik seorang wanita bertandang kerumah orang menjelang petang”.
“Mmm iya… Maaf Cik, aku pamit dulu. Sebentar lagi mau maghrib”
“Iyaaa. Berhati – hatilah”
Seolah tak mendengar sesuatu, Fatimah bergegas memotong pembicaraan mereka petang itu. Bukan maksud tak mengindahkan nasihat Cik Rina. Bukan pula tak menghormatinya sebagai orang yang tua darinya. Namun Fatimah lebih memilih segera berlalu daripada memanjangkan tali kelambu.
“Aaah… Mulut Cik Rina mulai berfatwa. Dasar wanita bermulut tiga” gerutu Fatimah dalam hati.
***
Seminggu sekali di Desa Kepuhanyar selalu diadakan pengajian untuk ibu – ibu. Pengajian itu berlangsung secara bergantian dirumah anggotanya setiap bakda ashar. Dengan mendatangkan seorang Ustadz yang cukup disegani. Ibu – ibu itu mendengarkan fatwa perihal agama yang disampaikan oleh Ustadz Razaq.
“Ibu – ibu, sebagai seorang muslim kita harus menyayangi sesama. Baik itu sesama muslim maupun bukan. Karena sebagai umat manusia kita harus hidup dalam kerukunan. Menghindari pertikaian dan pergunjingan” ucap Ustadz Razaq menutup fatwanya sore itu.
“Assalamu’alaikun warahmatullahi wabarakatuh”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawab ibu – ibu serentak.