Selama ini kita terbiasa melihat kecerdasan buatan (AI) sebagai sesuatu yang terpisah dari dunia rekayasa perangkat lunak (RPL). Seolah-olah AI hanya milik para ilmuwan data atau engineer robotika. Namun, setelah saya membaca artikel ilmiah "Integration of Artificial Intelligence Activities in Software Development Processes and Measuring Effectiveness" oleh Kulkarni & Padmanabham (2017), saya sadar: AI dan software engineering sekarang sudah menyatu --- dan itu bukan prediksi masa depan, tapi kenyataan hari ini.
Artikel ini membahas bagaimana AI bisa diintegrasikan secara langsung ke dalam proses pengembangan software, baik pada model waterfall maupun agile. Dan lebih dari itu, penulis juga menyusun dua metrik unik untuk mengukur efektivitas integrasi tersebut.
Buat saya pribadi, ini semacam "wake-up call". Ternyata AI tidak hanya bisa menjadi fitur dari software --- tapi juga bisa menjadi bagian dari proses membangunnya.
AI Tidak Lagi Hanya Sebagai "Fitur Tambahan"
Kita sering berpikir bahwa AI hanya digunakan di fitur tertentu, misalnya:
Sistem rekomendasi
Deteksi wajah
Analisis sentimen
Tapi artikel ini memperkenalkan konsep menggunakan AI di dalam proses pengembangan software itu sendiri. Jadi, bukan hanya membuat aplikasi AI, tapi membuat proses pembuatannya lebih cerdas, efisien, dan adaptif.
AI dalam Extended Waterfall Model
Waterfall, model yang terkenal kaku dan linier, ternyata masih bisa disuntik AI di berbagai tahap: