Warisan budaya dan sejarah bukan hanya peninggalan masa lalu, mereka adalah identitas, jati diri, dan kebanggaan bangsa. Setiap daerah punya cerita. Di balik bangunan tua yang berdiri ditengah padatnya kota, di balik tradisi yang terus dihidupkan, tersimpan identitas dan jati diri sebuah masyarakat. Namun hari ini, di tengah arus informasi yang cepat dan gaya hidup yang semakin modern, warisan budaya sering kali hanya dianggap sebagai bagian dari masa lalu.
Pada tanggal 22 April 2025, hari Selasa, kami dan teman-teman dari Program Studi Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Semarang (UNNES), mengunjungi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama (Surosowan). Waktu itu kami datang ke lokasi sebagai bagian dari kegiatan lapangan di kampus. Tujuannya untuk belajar langsung soal peninggalan sejarah, bukan cuma dari buku atau dosen. Di sana, kami bertemu dengan penjaga situs, melihat aktivitas pelestarian secara langsung, dan berinteraksi dengan beberapa orang yang sudah lama terlibat menjaga budaya di sana. Dari pengalaman itu, kami merasa ternyata di balik tempat yang kelihatannya sepi, justru ada semangat luar biasa untuk terus menjaga apa yang menjadi warisan penting bagi Banten.
Situs Bersejarah yang Masih Bertahan
Langkah kami dimulai dari salah satu situs peninggalan masa Kesultanan Banten. Gerbangnya masih kokoh, meski catnya mulai pudar. Bangunan utama tampak sederhana, namun memiliki nilai sejarah yang begitu besar. Seorang bapak penjaga situs, menyambut kami dengan ramah dan mengajak berbincang di depan pintu kayu tua yang menjadi akses ke dalam bangunan. Beliau langsung menjelaskan bagian-bagian penting dari situs, lengkap dengan cerita-cerita yang jarang diketahui pengunjung.
Beliau tak hanya menjaga fisik situs, tapi juga jadi perantara antara masa lalu dan generasi sekarang. Kami diajak melihat bagian-bagian bangunan, sambil dijelaskan makna simbol-simbol, fungsi tiap ruangan, dan cerita yang tidak tertulis di papan informasi.
Tradisi yang Terus Diupayakan Tetap Hidup
Selain situs, kami juga berkesempatan mendengar langsung cerita tentang kegiatan pelestarian budaya yang masih dijalankan oleh masyarakat dan instansi pelestarian. Salah satu warisan budaya yang cukup dikenal adalah seni debus.
“Debus itu bukan cuma atraksi, tapi warisan. Di balik setiap gerakan, ada nilai-nilai spiritual dan filosofi” ujar Ibu Dwi Pratiwi, warga yang aktif melestarikan tradisi lokal.
Hal senada disampaikan oleh Ibu Ade Fitria, staf dari Balai Pelestarian Budaya. “Kita sesuaikan atraksinya juga. Kalau untuk anak-anak, kita tampilkan versi yang aman. Kalau dewasa, baru yang lebih ekstrem,” jelasnya.
Kedua narasumber sepakat bahwa komunitas debus kini mulai berkolaborasi dengan dinas kebudayaan, agar kesenian ini bisa lebih dikenal masyarakat luas.