Kanker payudara adalah momok menakutkan bagi kaum wanita. Penyakit ini berkembang dari jaringan payudara dan menjadi penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, jangan panik! Dengan pengetahuan yang tepat dan deteksi dini, kita bisa melawan kanker payudara dan meningkatkan peluang kesembuhan.Â
Apa Itu Kanker Payudara?
Menurut National Breast Cancer Foundation, kanker payudara adalah jenis kanker yang berkembang dari jaringan payudara, terutama di saluran penghasil susu (ductal carcinoma) atau lobulus (lobular carcinoma). Penyakit ini terjadi ketika sel-sel di payudara tumbuh secara tidak terkendali dan membentuk tumor ganas yang dapat menyebar ke jaringan sekitarnya atau ke bagian tubuh lainnya melalui sistem limfatik atau aliran darah (Kemenkes RI, 2016). Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia (Arifah & Rohmah, 2021)
Faktor Risiko Kanker Payudara
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Alimun., dkk, 2024) tentang analisis faktor risiko kanker payudara, didapatkan beberapa faktor risiko sebagai berikut:
Riwayat Keluarga
- Penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki riwaat keluarga menderita kanker payudara memiliki peluang lebih besar risiko mengalami kanker payudara, terutama pada individu yang memiliki hubungan dekat dengan penderita seperti orangtua, saudara kandung, dan anak. Hal ini dikarenakan gen dalam keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya. Risiko ini juga berkaitan dengan faktor genetik seperti BRCA1 yang meningkatkan risiko kanker payudara.
Usia Menarche
- Pada penelitian didapatkan seseorang dengan usia menarche (haid pertama) di bawah usia 12 tahun memiliki peluang lebih tinggi mengalami kanker payudara. Hal ini dikarenakan efek hormone estrogen dan progesterone yang meningkat pada wanita dengan siklus menstruasi yang lebih banyak. Selain itu usia menarche yang terlalu dini dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena berhubungan dengan penurunan hormone steroid.
Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
- Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal selama lebih dari 10 tahun meniliki peluang yang lebih besar untuk mengalami kanker payudara dibandingkan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal jangka pendek atau yang tidak mengandung hormone estrogen.
Usia Menopause
- Wanita yang mengalami menopause pada usia kurang kari 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara karena faktor usia dan perubahan hormonal setelah menopause. Risiko kanker payudara cenderung lebih tinggi pada wanita di atas 40 tahun, terutama yang telah menopause, karena perubahan hormone dan penurunan kekebalan tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian literature riview yang dilakukan oleh (Hero, 2021) tentang faktor risiko kanker payudara lainnya sebagai berikut:
Usia Kehamilan dan Melahirkan Anak Pertama
- Wanita dengan usia kehamilan pertama lebih dari 35 tahun atau tidak pernah hamil lebih berisiko terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang hamil pada usia lebih muda. Wanita yang hamil di usia lebih tua akan mengalami siklus mestruasi yang lebih banyak sebeum hamil. Siklus menstruasi akan mengakibatkan beberapa perubahan pada jaringan payudara karena hormon esterogen. Perubahan ini akan mengakibatkan beberapa ketidaknormalan pada proses regenerasi sel. Kehamilan di umur lebih muda memiliki efek proteksi kuat mencegah kanker payudara di manusia.
Paritas Nullipara
- Paritas nullipara meningkatkan risiko kanker payudara lebih tinggi dibandingkan wanita bukan nullipara.
Riwayat Menyusui
- Wanita yang tidak menyusui memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menyusui. Menyusui memiliki efek positif dalam menurunkan risiko kanker payudara. Menyusui tidak melindungi wanita dari kanker payudara tetapi memengaruhi tingkat esterogen dalam tubuh wanita. Menyusui akan menekan siklus menstruasi dan menyebabkan perubahan pada sel payudara yang membuat wanita lebih tahan terhadap mutasi sel terkait kanker. Wanita menyusui akan mengeluarkan hormon prolactin yang akan menekan paparan hormon esterogen dalam jumlah banyak dan dalam kurun waktu lama akan memicu timbulnya kanker payudara.
Obesitas
- Wanita yang memiliki riwayat obesitas beisiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat obesitas. Riwayat obesitas meningkatkan risiko kanker payudara berkaitan dengan esterogen yang diproduksi oleh jaringan lemak. Sintesis esterogen pada timbunan lemak berpengaruh terhada proses proliferasi jaringan payudara.
Aktivitas Fisik
- Seseorang dengan aktivitas fisik kurang dari 4 jam perminggu berisiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan seseorang yang memiliki aktivitas fisik lebih dari 4 jam perminggu. Aktivitas fisik atau olahara yang cukup akan berpengaruh terhadap penurunan sirkulasi hormonal sehingga menurunkan proses proliferasi dan dapat mencegah terjadinya kanker payudara.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Suardita., dkk, 2016) terdapat faktor risiko lainnya seperti:
Konsumsi Alkohol
- Konsumsi alkohol secara teratur telah terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin tinggi risikonya. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara (insulin-like mgowth factor). Hal ini akan merangsang pertumbuhan yang tergantung pada estrogen (estrogen-independent mgowth) pada lesi prakanker yang selama masa menopause akan mengalami remgesi ketika jumlah estrogen menurun. Lesi ini akan memasuki fase dorman, dimana pada fase ini dapat diaktifasi oleh adanya faktor pemicu (promoting factor) seperti alkohol. Keadaan hiperinsulinemia yang disebabkan oleh alkohol menghambat terjadinya remgesi spontan dari lesi prakanker selama masa menopause.
Riwayat Merokok
- Perokok pasif sangat berperan dalam mencetus kejadian kanker payudara pada wanita. Perokok pasif merupakan seseorang yang tidak merokok namun menghirup asap rokok di lingkungannya secara berkala. Menurut Invironmental Protection Agency, perokok pasif memiliki hubungan yang erat dengan resiko terserang penyakit kanker payudara. Perokok pasif memiliki faktor resiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak merokok. Wanita dengan merokok akan memiliki tingkat metabolisme hormon estrogen yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak merokok. Hormon estrogen ini berpengaruh terhadap proses poliferasi jaringan payudara. Poliferasi yang tanpa batas akan memicu terjadinya kanker payudara. Semakin lama terpapar dengan asap rokok maka itu artinya semakin banyak partikel zat yang bersifat toksik dan karsinogen yang terakumulasi di dalam tubuh dan resiko menderita kanker payudara semakin terbuka lebar.
Gejala Kanker Payudara
Poster Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan yang tumbuh pada payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyut-denyut. Berikut gejala penyakit yang sering tidak diperhatikan:
- Munculnya benjolan tidak normal
- Pembengkakan
- Rasa nyeri di bagian putting
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Keluarnya cairan aneh di putting
- Putting tenggelam
- Perubahan kulit
Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri. Sedangkan, gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti timbulnya benjolan membesar baru terasa nyeri dan terlihat putting susu tertarik ke dalam yang awalnya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan, serta keluar nanah, darah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil dengan kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (Purbasari & Sepriannisa, 2020).
Mengapa Deteksi Dini Penting?
Deteksi dini kanker payudara sangat penting untuk:
Meningkatkan Peluang Kesembuhan
- Kanker payudara yang didiagnosis pada stadium awal memiliki tingkat kesembuhan yang jauh lebih tinggi. Menurut data, jika kanker payudara terdeteksi sebelum menyebar, kemungkinan pasien untuk sembuh dapat mencapai 90% lebih (Novia & Carolin, 2021).
Mengurangi Angka Kematian
- Deteksi dini dapat membantu mengidentifikasi kanker sebelum berkembang menjadi lebih serius. Hal ini berkontribusi pada penurunan angka kematian akibat kanker payudara, yang merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia.Â