A. Postulates, Principles, and Concept (Wolk, Tearney, Dodd)
Teori akuntansi bukan sekadar kumpulan aturan pembukuan atau standar pelaporan, melainkan hasil dari proses pemikiran konseptual yang mendalam tentang bagaimana informasi keuangan seharusnya disusun, diukur, dan dilaporkan. Dalam kerangka itulah Bab 5 dari buku Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach karya Harry I. Wolk, Michael G. Tearney, dan James L. Dodd menjadi landasan yang sangat penting. Bab 5 ini, berjudul "Postulates, Principles, and Concepts," yang dimana isinya membahas dasar filosofis yang menopang seluruh sistem akuntansi. Seperti ditegaskan dalam Modul Kuliah Prof. Apollo (Undira), Bab ini berfungsi sebagai "fondasi teoretis bagi akuntansi modern" --- menjelaskan mengapa laporan keuangan dibuat seperti sekarang dan bagaimana teori menjadi pedoman bagi praktik profesional.
Akuntansi pada hakikatnya dibangun di atas tiga pilar konseptual utama:
1. Postulates (Postulat) --- asumsi dasar yang dianggap benar tanpa pembuktian.
2. Principles (Prinsip) --- pedoman umum yang mengarahkan pencatatan dan pelaporan transaksi.
3. Concepts (Konsep) --- ide praktis yang menghubungkan teori dengan penerapan nyata dalam penyusunan laporan keuangan.
Ketiganya membentuk struktur logis yang saling terkait: Postulat melahirkan prinsip dijabarkan menjadi konsep diterapkan dalam praktik.
1. Postulates
Pengertiannya postulates adalah asumsi dasar yang dianggap benar tanpa pembuktian dan menjadi fondasi teori akuntansi. Mereka membantu menjelaskan kerangka berpikir di balik praktik akuntansi.
Jenis -jenis postulat :
a. Going Concern Postulate : Asumsi bahwa perusahaan akan terus beroperasi di masa depan dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu dekat. Alasan umum: memberikan dasar penyusunan laporan keuangan jangka panjang. Contoh: perusahaan tetap mencatat asetnya berdasarkan biaya perolehan, meskipun laba turun sementara.
b. Monetary Unit Postulate : Seluruh transaksi ekonomi diukur dalam satuan moneter yang stabil, biasanya mata uang nasional. Alasan khusus: memastikan konsistensi dan perbandingan laporan. Contoh: laporan keuangan PT XYZ disusun dalam rupiah tanpa menyesuaikan inflasi jangka pendek.
c. Economic Entity Postulate : Perusahaan dianggap terpisah dari pemilik dan entitas lain. Alasan: agar laporan keuangan mencerminkan kondisi perusahaan, bukan individu. Contoh: pemilik restoran tidak mencampurkan pengeluaran pribadi dengan biaya operasional usaha.
d. Time Period Postulate : Kegiatan ekonomi dapat dibagi dalam periode waktu tertentu untuk keperluan pelaporan. Contoh: laporan tahunan dan kuartalan yang memudahkan perbandingan antarperiode.
e. Historical Cost Postulate: Aset dicatat berdasarkan biaya perolehan asli, bukan nilai pasar saat ini. Alasan: memberikan catatan objektif dan konsisten. Contoh: gedung dibeli Rp1 miliar dicatat sebesar Rp1 miliar meski nilai pasarnya naik.
Mengapa Postulat penting : Postulat membangun kerangka pemikiran teoritis akuntansi. Tanpa postulat, akuntansi akan kehilangan arah dan konsistensi logis. Seperti dikatakan Wolk dkk., postulat "menciptakan fondasi filosofis dari seluruh sistem pelaporan keuangan.
2. Principles
Pengertiannya adalah prinsip adalah pedoman atau aturan yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan transaksi keuangan. Prinsip ini muncul dari postulat dan praktik akuntansi. Contohnya, Prinsip ini membantu memastikan laporan keuangan konsisten dan dapat dibandingkan.
Jenis - Jenis Prinsip :
a. Revenue Recognition Principle : Pendapatan diakui saat jasa atau barang telah diberikan, bukan saat kas diterima. Tujuan: mencerminkan kinerja ekonomi sebenarnya. Contoh: perusahaan jasa mengakui pendapatan ketika layanan selesai, meski pembayaran diterima bulan depan.
b. Matching Principle : Biaya diakui pada periode yang sama dengan pendapatan terkait. Tujuan: memastikan laba bersih mencerminkan hubungan yang tepat antara pendapatan dan beban. Contoh: biaya bahan baku dicatat bersamaan dengan penjualan produk jadi.
c. Full Disclosure Principle : Semua informasi relevan dan material harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tujuan: transparansi dan keadilan bagi pengguna laporan. Contoh: catatan atas laporan keuangan mencantumkan utang kontinjensi atau risiko hukum.
d. Consistency Principle : Kebijakan akuntansi harus diterapkan secara konsisten antarperiode untuk menjaga keterbandingan.
e. Objectivity Principle : Informasi keuangan harus didasarkan pada bukti objektif, bukan opini manajemen.
Mengapa Principles penting, Â berfungsi sebagai fondasi teoretis bagi akuntansi modern. Dengan memahami postulat, prinsip, dan konsep. Prinsip menjaga agar proses pelaporan tidak bias dan dapat diverifikasi. Tanpa prinsip yang jelas, laporan keuangan akan menjadi alat manipulasi, bukan sarana informasi.
3. Concepts
Konsep adalah penjabaran praktis dari postulat dan prinsip. Konsep menjelaskan bagaimana teori diterapkan dalam praktik akuntansi.
a. Entity Concept : Laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan sebagai entitas terpisah. Contoh: pemilik restoran tidak mencatat pengeluaran pribadi di laporan keuangan usaha.
b. Accrual Concept : Pendapatan dan beban diakui pada saat transaksi terjadi, bukan ketika kas berpindah tangan. Contoh: perusahaan konstruksi mengakui pendapatan proyek saat pekerjaan selesai, meskipun pembayaran diterima bulan depan.
c. Historical Cost Concept : Aset dicatat berdasarkan biaya perolehan asli, memberikan konsistensi dan objektivitas.
Mengapa konsep penting, Konsep berfungsi sebagai "jembatan" antara teori dan praktik. Seperti dijelaskan dalam modul Undira, konsep membantu akuntan membuat keputusan yang logis dan konsisten dalam pelaporan keuangan.
Â
B. Kritik Kontemporer
Kritik utama dalam modul menyebutkan bahwa hubungan linear "Postulates Principles Concepts" terlalu disederhanakan. Dalam praktik modern, hubungan itu bersifat dinamis dan interaktif --- kadang konsep muncul lebih dulu karena perubahan ekonomi, lalu baru diformalkan menjadi prinsip atau postulat baru. Selain itu, paradigma klasik belum sepenuhnya mempertimbangkan multi-stakeholder perspective dan teknologi digital yang mengubah cara organisasi mengelola data dan risiko.
1. Over-Simplifikasi Hubungan Postulates, Principles, Concepts : Kritik: Buku ini menyajikan urutan linear "Postulates Principles Concepts", seolah hubungan antara ketiganya selalu sederhana dan langsung. Kontemporer: Pada praktik modern, hubungan ini sering bersifat kompleks dan interaktif. Misalnya, beberapa konsep bisa muncul sebelum prinsip formal diadopsi atau postulat harus direvisi karena konteks bisnis berubah.
2. Kurangnya Penekanan pada Konteks Ekonomi dan Sosial : Kritik: Bab ini lebih menekankan aspek teoretis dan normatif tanpa banyak mengaitkan faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi, regulasi, atau perubahan teknologi. Kontemporer: Praktik akuntansi modern menuntut fleksibilitas karena standar dan konsep sering dipengaruhi oleh lingkungan eksternal (misal IFRS, digitalisasi, sustainability reporting).
3. Postulates Kurang Responsif terhadap Perubahan Bisnis : Kritik: Beberapa postulat klasik, seperti Historical Cost atau Going Concern, dianggap rigid dan tidak selalu mencerminkan realitas pasar modern. Kontemporer: Pendekatan fair value dan reporting berbasis risiko lebih banyak digunakan karena mencerminkan nilai ekonomi lebih realistis dibandingkan biaya historis.
4. Prinsip dan Konsep Terlalu Normatif : Kritik: Prinsip dan konsep disajikan sebagai aturan universal, padahal banyak standar akuntansi kini bersifat principle-based atau goal-oriented, bukan sekadar rule-based. Kontemporer: Misalnya, konsep accrual dan matching tidak selalu jelas dalam transaksi digital atau derivatif kompleks; auditor dan manajemen harus menafsirkan dengan judgment.
5. Kurangnya Perspektif Stakeholder : Kritik: Bab ini cenderung fokus pada pelaporan untuk "user laporan keuangan" secara umum, tanpa mendalami kebutuhan berbagai stakeholder (investor, kreditor, regulator, masyarakat). Kontemporer: Pendekatan modern lebih memperhatikan multiple stakeholders, termasuk isu ESG (Environment, Social, Governance) yang tidak tercakup dalam postulat/prinsip klasik.
Dalam konteks perkembangan akuntansi modern, Bab 5 dari buku Accounting Theory karya Wolk, Tearney, dan Dodd masih menjadi referensi utama untuk memahami hubungan antara postulates, principles, dan concepts. Namun, menurut analisis modul kuliah Prof. Apollo (Universitas Dian Nusantara, 2025), kerangka klasik tersebut memerlukan pembaruan agar tetap relevan terhadap perubahan ekonomi, teknologi, dan sosial yang terjadi dewasa ini.
1. Postulate: Going Concern
Postulat going concern menyatakan bahwa perusahaan diasumsikan akan terus beroperasi di masa depan dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu dekat. Postulat ini menjadi dasar utama penyusunan laporan keuangan jangka panjang. Sebagai contoh, perusahaan emiten dapat tetap menerbitkan obligasi jangka panjang meskipun harga saham sedang menurun sementara.
Namun, dalam konteks modern, postulat ini dikritik karena dianggap kurang responsif terhadap risiko eksternal yang tinggi, seperti krisis ekonomi global atau risiko iklim.Â
2. Postulate: Monetary Unit
Postulat monetary unit menegaskan bahwa semua transaksi ekonomi harus dicatat dalam satuan mata uang yang stabil, biasanya mata uang nasional. Prinsip ini memberikan konsistensi dan memungkinkan perbandingan antarperiode laporan. Misalnya, nilai obligasi dicatat dalam rupiah meskipun saham perusahaan yang sama diperdagangkan dalam dolar AS.
Kritik kontemporer terhadap postulat ini adalah bahwa ia tidak mempertimbangkan fluktuasi nilai tukar dan inflasi global. Dalam ekonomi lintas negara, penggunaan satu mata uang tunggal bisa menyebabkan distorsi nilai.
3. Postulate: Economic Entity
Postulat economic entity menyatakan bahwa perusahaan harus dipisahkan dari pemilik maupun entitas lain agar laporan keuangan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara akurat. Sebagai contoh, investor saham tidak boleh mencampur aset pribadi dengan dana perusahaan; demikian pula obligasi harus dicatat sebagai kewajiban perusahaan, bukan pemegang saham.
4. Postulate: Time Period
Postulat time period membagi kegiatan ekonomi ke dalam periode tertentu, seperti laporan kuartalan atau tahunan, untuk memudahkan analisis dan perbandingan. Misalnya, laporan kuartalan mencatat dividen saham dan bunga obligasi berdasarkan periode akrual. Namun, paradigma modern menilai bahwa model pelaporan periodik ini sudah mulai usang di era digital.Â
5. Postulate: Historical Cost
Postulat historical cost mengharuskan aset dicatat berdasarkan biaya perolehan saat dibeli, bukan nilai pasar saat ini. Pendekatan ini menjamin catatan yang objektif dan konsisten. Contohnya, obligasi yang dibeli dengan harga Rp1 miliar akan tetap dicatat sebesar Rp1 miliar walaupun nilai pasarnya meningkat menjadi Rp1,2 miliar. Kritik modern terhadap prinsip ini cukup tajam. Pendekatan berbasis biaya historis dianggap tidak lagi mencerminkan nilai ekonomi yang realistis, terutama untuk aset keuangan, derivatif, dan aset terkait ESG.
6. Principle: Revenue Recognition
Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) menegaskan bahwa pendapatan harus diakui ketika jasa atau barang telah diberikan, bukan ketika kas diterima. Hal ini memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan kinerja ekonomi yang sebenarnya. Misalnya, dividen saham diakui ketika diumumkan, sementara bunga obligasi diakui sesuai periode jatuh tempo.
Namun, praktik akuntansi modern menghadapi tantangan baru. Dalam ekonomi digital dan model bisnis subscription-based atau produk keuangan derivatif, penentuan waktu pengakuan pendapatan menjadi lebih kompleks.
7. Principle: Matching Principle
Prinsip matching mengatur bahwa biaya harus dicatat pada periode yang sama dengan pendapatan yang terkait, agar laba bersih mencerminkan hubungan sebab-akibat yang akurat. Contohnya, biaya penerbitan obligasi dicatat bersamaan dengan pengakuan pendapatan bunga.
8. Principle: Full Disclosure
Prinsip full disclosure mewajibkan pengungkapan semua informasi yang relevan dan material dalam laporan keuangan. Contohnya, perusahaan mengungkapkan risiko kredit obligasi, penurunan harga saham signifikan, atau klausul perjanjian utang (covenant).
Namun, dalam era keberlanjutan dan transparansi sosial, prinsip ini perlu diperluas.
9. Concept: Entity Concept
Konsep entitas (entity concept) menegaskan bahwa laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan sebagai entitas ekonomi yang terpisah, bukan gabungan kepentingan pribadi pemilik. Sebagai contoh, kinerja dividen saham harus dilaporkan secara terpisah dari rekening pribadi investor.Â
10. Concept: Accrual Concept
Konsep akrual menyatakan bahwa pendapatan dan biaya harus diakui saat transaksi terjadi, bukan ketika kas berpindah tangan. Misalnya, bunga obligasi dicatat tiap periode sesuai dasar akrual, bukan saat pembayaran tunai diterima.
Dalam konteks modern, konsep ini perlu penyesuaian signifikan untuk menangani transaksi berbasis langganan (subscription-based transactions), aset digital, dan pelaporan dampak (impact reporting).
11. Concept: Historical Cost Concept
Konsep biaya historis tetap menekankan pencatatan aset sesuai harga beli untuk menjaga objektivitas dan konsistensi. Namun, praktik kontemporer menunjukkan bahwa nilai wajar (fair value) dan penyesuaian ESG dalam valuasi lebih relevan dalam menilai kinerja ekonomi modern. Dengan demikian, pendekatan berbasis nilai historis kini dianggap tidak memadai untuk menghadapi volatilitas pasar dan tuntutan pelaporan keberlanjutan.
Daftar Pustaka
Wolk, H. I., Tearney, M. G., & Dodd, J. L. (2017). Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach (8th ed.). Cengage Learning.
Modul Kuliah Prof. Apollo. (2025). Modul TA Bab 5 --- Postulates, Principles, and Concepts. Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nusantara (UNDIRA).
Financial Accounting Standards Board (FASB). (2018). Conceptual Framework for Financial Reporting.
International Accounting Standards Board (IASB). (2023). The Conceptual Framework for Financial Reporting.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2023). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Berbasis IFRS.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI