Bukan lagi telinga, tapi kamera.
Bukan lagi soal telinga, kini dunia dimata-matai oleh kamera.
Dari video game ini, kita akhirnya menyadari bagaimana media massa modern terbentuk. Tidak lagi tentang tembok-tembok yang menguping atau menyimak, melainkan tentang sorotan kamera yang terus merekam, menyoroti, dan menyebarkan. Yang paling membahayakan kini bukan apa yang terdengar, tetapi apa yang terlihat dan dipilih untuk ditampilkan.
Dan tanpa kita sadari, kita lah kamera itu. Kamera-kamera yang punya kuasa untuk menyebarkan informasi yang akurat dan bermanfaat---atau justru menjadi sumber hoaks demi mengejar perhatian, tren, dan likes semata.
We Become What We Behold bukan sekadar game. Ia adalah cermin. Cermin kecil yang mengingatkan bahwa kekacauan dunia digital bukan hanya kesalahan media---tapi juga kita, para penontonnya, penyebarnya, dan pemuja perhatiannya.
Dan kini, kita dihadapkan pada pertanyaan besar: Apakah kita akan terus menjadi bagian dari atensi semu yang memperparah kekacauan, ataukah memilih untuk menyuarakan kebenaran?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI