taher duduk tenang. "Hidup juga gitu, Dik. Banyak orang berhenti karena mikir kesempatan mereka kecil. Padahal, selama masih ada waktu, sekecil apa pun, selalu ada ruang buat keajaiban."
udik terdiam sejenak, lalu menatap kopi dinginnya. "Lo bener juga, Her. Kadang kita terlalu cepat nyerah, padahal peluit terakhir belum ditiup."
taher tersenyum. "Itulah Madrid. Itulah hidup."
ketika wasit meniup peluit panjang, Madrid resmi lolos ke final. Stadion bersorak, komentator berteriak, dan dua sahabat itu saling menatap dalam diam.
taher mematikan TV, lalu berkata pelan, "Dunia ini penuh orang 99% yang realistis, tapi cuma 1% yang berani percaya. Dan dunia kadang lebih berpihak pada yang percaya."
udik mengangguk. "Mulai malam ini, gue ikut jadi 1%."
taher menepuk bahunya. "Bagus. Karena cuma orang 1% yang tahu rasanya menang melawan harapan."
mereka tertawa, lalu duduk menatap sisa hujan di luar jendela. Di luar sana, dunia tetap sama --- tapi di hati mereka, sesuatu telah berubah: keyakinan bahwa keajaiban itu nyata, bahkan jika peluangnya cuma 1%.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI