Malam ini, Kamis Putih terasa sangat dekat di hati. Aku mengikuti perayaan dengan tenang dan dalam. Kali ini aku diberi tugas membagikan Komuni Kudus kepada umat.Â
Satu per satu tangan yang menyambut Hosti membuatku sadar, aku sedang menjadi perantara kasih-Nya. Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya merasa sangat kecil tapi disapa oleh rahmat besar.
Setelah itu, kami mengiringi Sakramen Mahakudus dalam prosesi. Aku membawa sibori berisi Tubuh Kristus. Bersama imam, aku berjalan perlahan.Â
Ada nyanyian, ada lilin, tapi di dalam hatiku hening. Seperti sedang menapaki jalan menuju taman Getsemani. Rasanya bukan hanya tubuh yang bergerak, tetapi seluruh isi diriku ikut diam, ikut menyatu.
Saat melewati umat, aku melihat mereka diam, menunduk, berdoa. Tapi saat kami melewati para suster, aku benar-benar tersentuh. Aku membayangkan Yesus berjalan di antara orang-orang yang dikasihi-Nya.Â
Dan saat itu, aku merasa sedang menemani-Nya. Tidak sebagai siapa-siapa. Hanya seorang anak yang ingin berjalan bersama-Nya di malam yang sulit.
Ketika sampai di ruang Sakramen Mahakudus, segalanya menjadi lebih senyap. Tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutku. Tapi aku tahu, malam ini, aku menemani-Nya. Mungkin tidak dengan kekuatan besar atau doa panjang, hanya dengan kehadiran dan sedikit air mata.
Aku tidak tahu kenapa malam ini terasa sangat dalam. Tapi aku tahu, aku tidak akan melupakannya. Saat membawa-Nya, aku seperti ikut membawa cinta yang sangat besar. Dan ketika Ia tinggal di ruangan sunyi itu, aku hanya bisa mengatakan dalam hati:
"Tuhan, kalau ini malam-Mu untuk sendiri, izinkan aku diam di sini. Aku tidak banyak bisa lakukan apa-apa. Tapi aku ingin menemani-Mu. Itu saja."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI