Kau bisa membaca mataku,
tapi tak akan pernah benar-benar tahu apa yang menari di baliknya.
Mereka berkata, cahaya mata adalah jendela hati,
tapi jendelaku berlapis tirai lembut,
berkibar tanpa pernah tersingkap.
Tebakanmu kali ini pasti meleset.
Aku telah merias senyum dengan cermat,
menyulam tawa menjadi melodi riang,
mengukir kebodohanku agar tampak menggemaskan,
agar kau tak melihat tarian luka yang kupendam diam-diam.
Aku menata duniaku seperti seorang penari,
melangkah anggun meski hati berat,
berputar lincah meski lelah menyelinap.
Menutupi resah dengan gerakan yang indah,
menyembunyikan air mata di balik lentiknya kelopak mata.
Bukan aku tak ingin kau tahu,
bukan aku ingin membohongi dunia.
Aku hanya ingin kau melihat versi terbaikku,
agar tak ada gelisah yang membebanimu,
agar tak ada resah yang menggelayut di wajahmu.
Jadi biarkan aku menari dalam sunyi,
berpijak ringan di atas gelombang kehidupan,
menyembunyikan segala beban dalam langkah-langkah anggun,
seolah dunia tak pernah tahu -
bahwa hatiku pun bisa terluka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI