Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Empat Hal Penghambat Perkembangan Organisasi

25 September 2021   19:59 Diperbarui: 29 September 2021   13:17 3019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rapat organisasi. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Setiap orang yang tergabung dalam organisasi tentu ingin melihat organisasi yang didirikan atau diikuti berkembang. 

Dengan berkembangnya sebuah organisasi yang diikuti, secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa organisasi tersebut memiliki progres yang baik di masa mendatang. 

Perkembangan organisasi itu pula menunjukkan ketercapaian visi dan misi organisasi yang sedari awal pembentukannya.

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, dapat dinilai bahwasanya perkembangan organisasi tidak terjadi begitu saja. Akan tetapi, perkembangan organisasi terjadi karena adanya perencanaan yang matang dan tindakan nyata dari sebuah perencanaan. 

Dari kedua tindakan inilah nantinya orang-orang yang ada dalam organisasi dapat mengevaluasi segala bentuk kelebihan, kekurangan, ancaman dan peluang yang dimiliki organisasi.

Sekilas dari penjabaran tersebut tampak mudah untuk dilakukan. Namun realitanya terkadang berbanding terbalik dari yang diimpikan. Ada yang hanya sampai pada tahap perencanaan dan tak kunjung diaplikasikan. 

Sialnya lagi ada yang hanya sebatas keinginan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri terhadap orang-orang yang menginginkan organisasinya berkembang.

Problematika sebagaimana di atas tentu ada beberapa faktor yang mendasari, baik secara individu maupun kelompok. 

Berikut ini beberapa faktor yang sekiranya dapat menjadi penghambat dalam perkembangan organisasi.

1. Lemahnya Komitmen Bersama

Organisasi merupakan kelompok individu yang memiliki tujuan yang sama. Dari kebersamaan tersebut organisasi membentuk sistem agar berjalan dengan teratur dan terarah untuk mencapai tujuan. 

Dari sinilah kita dapat melihat bahwasanya organisasi tidak dapat berjalan sendiri dan memerlukan kekompakan dari setiap individu.

Komitmen organisasi yang kuat menjadi modal untuk membentuk sistem organisasi yang baik. Komitmen yang kuat juga dapat membangun kekompakan antar individu untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. 

Namun sebaliknya komitmen organisasi yang lemah akan menjadikan organisasi tidak terarah. Lebih parahnya lagi organisasi tidak akan tahan terhadap gesekan internal maupun eksternal.

Lemahnya komitmen dapat terlihat dalam perilaku individu sehari-hari. Misalnya, saat organisasi mengadakan kegiatan yang melibatkan seluruh individu biasanya bersikap abai. Bahkan, kadang kata-kata yang terlontar adalah "ah, biarkan saja kan ada mereka".

Permasalahan lainnya yang lebih parah misalnya, saat organisasi dalam keadaan terpuruk, sikap tidak peduli justru lebih menonjol. " Itu kan urusan atasan, saya hanya bekerja", barangkali kata-kata itu yang ada dalam benak. 

Empati yang kurang akan menimbulkan ketidakpedulian terhadap yang lainnya.

Lemahnya komitmen  dapat menimpa atau dilakukan siapa saja dalam organisasi baik atasan maupun bawahan, pemimpin atau anak buah. Maka dari itu komitmen bersama untuk perkembangan organisasi harus dibangun sejak awal. 

Dengan begitu, akan mengurangi gesekan antar individu dalam organisasi dan segala persoalan dapat teratasi.

2. Kepercayaan dan Ketidakpercayaan Berlebih

Komitmen yang lemah akan berbuntut pada hilangnya kepercayaan antar individu. Seperti ketidakpercayaan pimpinan terhadap bawahan atau sebaliknya dan bisa saja sesama karyawan yang saling tidak memercayai. 

Masalah ini justru menunjukkan perkembangan organisasi ke arah sebaliknya. Kemajuan yang hendak dicapai tidak akan pernah terwujud.

Dalam organisasi, kepercayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepercayaan terhadap diri sendiri dan kepercayaan terhadap orang lain. Kepercayaan terhadap diri sendiri berkaitan dengan motivasi diri dalam membangun hubungan sosial dan membentuk kinerja yang baik.

Dalam kaitannya dengan hubungan sosial, hal ini bertalian erat dengan sikap mental individu dalam membangun relasi dengan individu lainnya di sebuah organisasi. Organisasi dengan individu yang heterogen, sikap mentalnya pun berbeda. 

Misalnya, ada yang pemalu, terbuka, mudah bergaul dengan orang atau sebaliknya malah lebih senang sendiri daripada harus berbagi dengan orang lain.

Segala bentuk keragaman sikap mental antar individu ini harus disikapi dengan baik agar seseorang dapat mengeluarkan potensi terbaiknya dalam bekerja di sebuah organisasi. 

Rapat dalam organisasi (FREEPIK/MACROVECTOR via Kompas.com) 
Rapat dalam organisasi (FREEPIK/MACROVECTOR via Kompas.com) 

Jika sebaliknya, sikap mental negatif seperti hilangnya kepercayaan diri tidak disikapi dengan baik maka selamanya sikap mental negatif seperti itu akan menjadi beban bagi diri sendiri, orang lain dan organisasi dalam membentuk kinerja yang baik.

Selain kepercayaan diri, kepercayaan terhadap orang lain juga menjadi penentu kemajuan organisasi. Kepercayaan terhadap orang lain dalam organisasi dapat meliputi kepercayaan pimpinan kepada bawahan dan sebaliknya atau kepercayaan sesama anggota organisasi. 

Salah satu bentuk kepercayaan pemimpin kepada bawahannya adalah keyakinan bahwa bawahannya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.

Sementara itu, kepercayaan antar anggota dapat berbentuk pembagian peran kerja dengan sama-sama mengusung tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. 

Saling memotivasi atau memberikan dukungan akan membangun kepercayaan dan kedekatan antar individu. 

Oleh karena itu, ada istilah bahwa dalam organisasi semuanya adalah mitra yang harus saling bekerjasama dan percaya satu sama lain.

Namun, jika melihat realita, ada orang yang percaya sepenuhnya terhadap orang lain dan sebaliknya ada yang tidak percaya sama sekali terhadap orang lain. 

Sejatinya, kepercayaan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain tidak boleh berlebihan. 

Kepercayaan dan ketidakpercayaan berlebih akan memberikan efek negatif seperti pembagian tugas yang tidak merata dan dapat menimbulkan kecemburuan sosial oleh anggota yang tidak dipercaya.

3. Pembagian Tugas yang Tidak Merata

Di atas telah disinggung efek dari kepercayaan dan ketidakpercayaan berlebih yang salah satunya adalah pembagian tugas yang tidak merata. 

Kita dapat mengetahui praktik kepercayaan yang berlebih dalam organisasi dari setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi. Misalnya satu atau dua orang selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan sehingga seperti tampak tidak ada orang lain selain orang itu.

Dalam kategori ini, orang yang memiliki kepercayaan berlebih akan beranggapan bahwa dengan dilibatkannya orang itu masalah mudah teratasi atau kegiatan pasti berjalan lancar. 

Padahal dalam organisasi yang heterogen sebagaimana telah disebutkan di atas, setiap individu adalah manusia yang unik dan memiliki kemampuan atau potensi diri yang kuat untuk menjadi seseorang yang dapat diandalkan untuk kemajuan organisasi. 

Selain itu setiap orang dalam organisasi juga memliki hak dan kesempatan yang sama untuk turut andil dalam usaha pengembangan organisasi.

Catatan lain yang perlu disadari bahwasannya semakin banyak beban tugas yang diberikan oleh atasan kepada bawahan maka semakin besar kemungkinan untuk mengaburkan tugas dan tujuan utama bawahannya. 

Masalah ini disebabkan terlalu banyaknya cabang fokus pekerjaan yang harus diselesaikan oleh bawahan. Dampak lebih lanjut yaitu melambatnya perkembangan organisasi dikarenakan menumpuknya tugas pada satu orang saja.

4. Kecemburuan Sosial

Efek lain dari kepercayaan dan ketidakpercayaan yang berlebihan adalah kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial ini bisa terjadi dua arah, yaitu dari orang yang selalu diberi kepercayaan dan orang yang tidak diberi kepercayaan sama sekali. 

Orang yang selalu diberi kepercayaan bisa berpandangan "enak ya, dia aman gak diberi tugas tambahan. Saya juga mau seperti itu". 

Sementara orang yang tidak diberi tugas akan berpandangan sebaliknya. Seperti "enak kamu selalu dipercaya bos." Pandangan lain bisa perasaan aman yang lama-lama takut dalam mengambil peran.

Saling sangka semacam itu dapat menyebabkan ketidakharmonisan antar individu dalam organisasi. 

Gesekan-gesekan pemahaman dapat terjadi dan dapat menyebabkan terbentuknya koloni yang saling bersebrangan yang terbentuk akibat saling cemburu. 

Jika masalah tersebut dibiarkan maka organisasi akan mengalami masalah internal yang berkepanjangan. Tentu juga, masalah tersebut akan menjauhkan dari tujuan berorganisasi yang sebenarnya.

Itulah kiranya empat hal yang dapat menghambat perkembangan organisasi. 

Kemampuan manajerial, kedekatan emosional antar individu, pembagian tugas yang sama rata dan sesuai kemampuannya dan saling menumbuhkan kepercayaan menjadi faktor penting agar organisasi berkembang sesuai visi dan misi yang telah di susun bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun