Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tuyul

30 November 2019   16:54 Diperbarui: 30 November 2019   16:55 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Hakim berencana akan melepas tuyul yang dimilikinya. Menurutnya, tuyul tersbeut sudah tidak berguna lagi dan justru menambah kecurigaan masyarakat saja.

Malam hari, pukul sebelas malam diambilnya botol seperti botol limun yang disimpannya di dalam tas dan kemudian dibuka. Kedua tuyul itu lalu keluar.

"Ada apa Tuan memanggil kami setelah sekian lama?"

"Begini, saya akan melepas kalian. Saya sudah tidak butuh kalian lagi."

"Bagaimana bisa begitu Tuan?" sanggah si tuyul

"Iya, kalian sudah tidak berguna lagi. Saya lebih mampu dari kalian. Uang yang kalian hasilkan hanya sedikit. Paling banyak hanya satu juta dan itu pun hanya sekali."

"Kenapa Tuan bicara seperti itu? Masih kurang yang kami berikan kepada Tuan?"

"Tentu saja kurang! Sekarang saya bisa melakukan lebih dari yang kalian lakukan. Tinggal menunggu proyek dan memotong anggarannya. Hasilnya lebih dari yang kalian usahakan. Aku bisa mengalahkan kalian"

"Terus bagaimana nasib kami Tuan?"

"Terserah kamu mau kemana dan jangan ke desa ini lagi. Kalau tetap, kamu akan saya bakar."

Kedua tuyul itu pergi entah kemana mencari tuan baru atau menjadi penghuni hutan. Sementara Hakim merasa menang dibandingkan dengan kedua tuyul yang telah pergi itu dalam hal mencari uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun