Terlalu sadis, ketakutan kala terintimidasi oleh keotoriteran kamu. Sampai kapan?Â
Pahitnya hidup semakin bertambah pahit ketika tertekan menghadapi kamu. Â Adakah kamu telah belajar? Sepertinya sama sekali tidak pernah, kesalahan yang berulang kali kamu lakukan sampai kini kamu lakukan hingga dua turunan.
Kamu terlalu gagah untuk mau mendengar orang lain. Mau sampai kapan harus selalu didengar dan dituruti? Tidakkah kamu bisa belajar untuk menahan diri sedikit dan mengerti rasa sakit orang lain, kenapa harus selalu pongah?
Terlalu banyak ekspektasi yang kamu tuntut, bukan hanya kamu yang ingin dimengerti tetapi yang lain juga. Kamu yang memanggil kamu yang memulai, tapi kamu tidak siap menjalaninya. Mungkinkah kamu mengerti batasan? Barangkali tidak sama sekali.
Adakah kamu telah belajar? Tidak selalu menjadi bunga yang angka, Andai huruf dan angka bisa dipilih tapi ini sama sekali tidak, seperti kelahiran yang tidak bisa di reshuffle, seperti itu pula kehidupan yang tak pernah bisa dipilih lahir dari siapa dan ada di keluarga yang apa.Â
Boom, ledakan terjadi pada suatu malam. Melihat dan merasakan monster yang luar biasa, hari ketiga belas bulan kesepuluh, ada perbincangan dan aksi yang akan meninggalkan luka dan menjadi rekam jejak yang buruk pada pikiran. Â Sebuah narasi akan menjadi bendera hitam dalam jangka waktu yang tak ditentukan. Andai bisa memberontak dan menjadi pemberontak, air mata ini bebas terjun dari bola mata telanjang yang pada akhirnya juga tidak berbunyi.
Yang disemai, yang dituai, yang menjadi momok tidak disemai tapi dituai. Malam ini menjadi benci, menjadi amarah dan menjadi kasih yang pura-pura. Terhadap kesabaran, itu hanya omong kosong bagimu. Tak ada bunga-bunga cinta, malam ini banyak luka, hari senin, lelaki dewasa dan lelaki kecil menyimpan bara dalam hatinya.Â
Adakah kamu telah belajar? Mungkin tidak akan pernah.
***
Rantauprapat, 13 Oktober 2025