Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Itu adalah Aku

9 Oktober 2021   00:00 Diperbarui: 9 Oktober 2021   00:14 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tak mau terkulai layu terus-menerus. Hari ini, perempuan itu disapa kesadaran lagi. Terdengar jelas, bahwa hari ini adalah kesempatan. Besok belum tentu jadi milik perempuan itu. Tak ada yang bisa mengetahui waktu.

Begitu banyak rahasia dan telah menjadi beban hidup. Kemarau panjang yang diizinkan perempuan itu buat ia terhilang. Memikirkan sesuatu yang bukan bagian diri padahal tak mampu apa-apa.

Perempuan itu ingin memiliki the power of no pada sesuatu yang tidak benar. Tak berlama pada kegetiran. Tak terkungkung pada malam dan pagi yang malang. Apa lagi merasa sendiri di saat merasa tak mendapatkan penerimaan. Perasaan yang hanya dikira-kira.

Terlalu sering membiarkan baper yang kebablasan merajai hati dan pikiran. Ngarep pada hal yang sudah tahu bukan bagian perempuan itu. Menjadi penggangu dan perusak kepercayaan. Dasar, perempuan yang payah. Hilang dan pergi dalam kesedihan, bahkan berada di entah. Perempuan itu tidak merdeka. Tidak menghidupi bahagia.

Bodoh bukan. Gagal mengakhiri patah hati padahal tahu dan mengerti, tidak ada yang benar-benar memahami perempuan itu selain diri sendiri.

Ah, sudahlah.

Kesadaran yang bertamu di kepala perempuan itu malam ini, berharap tidak sia-sia. Tak pula hanya berteori, namun ada tindakan nyata yang terjadi. Beranjak jauh-sejauhnya dari tikungan yang merusak diri. Jika tidak, perempuan itu akan menangisi hal-hal yang itu-itu melulu, penyesalan yang berulang.

Benar, adalah baik bagi perempuan itu untuk berhenti dari kebodohan demi kebodohan yang dilakukan. Benar-benar berhenti. Jika esok, perempuan itu masih bernafas, biarlah ada kesadaran untuk menghargai kesempatan dan belajar menjadi manusia yang tahu diri.

Sesungguhnya itu harapanku. Bahwa aku sungguh ingin perempuan itu mampu menjadi perempuan dewasa yang bertumbuh.

Karena kebenarannya, perempuan itu adalah aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun