Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mematahkan Ketakutan

13 November 2020   19:07 Diperbarui: 13 November 2020   19:08 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via twitter/@kulturtava

Dia pernah menari-nari bahagia sebab mendapatkan cahaya cinta. Menyemai janji untuk menjadi satu dan saling melengkapi.

Berapa tahun berlalu, banyak pertanyaan menyeruak di kepalanya. Mempertanyakan, apakah ini pilihan yang tepat untuk masa depan?

Keraguan yang ada di hati terlanjur mengendalikan, dia memutuskan menyudahi kisah cinta itu. Akhirnya, janji itu lepas dari hati.

Dan kini, dia tidak lagi pernah mendapatkan cahaya cinta. Di hidupnya, terlalu banyak terdapat keraguan. Dia, perempuan rapuh yang sungguh dicekam ketakutan. Benar-benar salah membaca tentang cinta yang pernah didapatkan.

Pernah terbersit dalam dirinya, andai dia bisa kembali ke masa silam, dia hanya ingin menjadi perempuan yang mematahkan ketakutan. Meruntuhkan tembok keraguan yang ada di hati.

Sungguh, dia menyadari bahwa itu andai yang tak mungkin. Menyadari bahwa hal itu bukan lagi untuk disesali.

Walau romantisme cinta sudah beralih dari poros waktu yang dilalui. Sebagai perempuan yang pernah kehilangan, dia tidak ingin berhenti bernafas tanpa penerimaan diri.

Sepahit apa pun kenyataan hidup, penerimaan dirilah yang harus tetap dimiliki.

Meski dia ada pada tahap kesendirian sekarang ini, dia tidak ingin mempersulit hati dengan mengeluhkan keadaan hidupnya. Dia akan mematahkan ketakutan terhadap stigma negatif perihal kesendirian.

Kesendirian tetaplah kesendirian, bukan berarti tak ada bunga-bunga kebahagiaan yang akan bermekaran di hidupnya. Dan yang pasti, walau kesendirian ada padanya, dia tidak akan pernah malu dalam menjalani hidup.

***
Rantauprapat, 14 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun