Ketika pernikahan kurang menjadi prioritas, pilihan untuk memiliki lebih sedikit anak bahkan tidak sama sekali (childfree), potensi resesi seks menjadi sesuatu yang dihawatirkan akan berdampak pada kondisi sosial ekonomi suatu negara. Sampai-sampai pemerintah di beberapa negara memberi insentif bagi pasangan yang ingin punya anak.Â
Hal ini akan menjadi dilematis jika dihadapkan pada masalah pangan, air bersih, energi, kesehatan dan lingkungan yang juga kian mengkhawatirkan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dunia.Â
Negara-negara padat penduduk sampai punya program pengendalian laju pertambahan penduduk, seperti Keluarga Berencana (KB) kalau di Indonesia. Dengan adanya kekhawatiran akan resesi seks, mungkinkah program ini menjadi tidak lagi relevan?Â
Bagaimana menurut Anda?Â