Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kekhawatiran, Dilema dan Sisi Lain yang Perlu Dibicarakan Terkait Resesi Seks

19 Desember 2022   05:30 Diperbarui: 19 Desember 2022   12:55 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resesi seks (Sumber: shutterstock)

Sementara penganut pro choice meyakini bahwa menikah dan punya anak adalah pilihan. Tidak ada hubungannya dengan kodrat dan lebih dikaitkan dengan otoritas tubuh. 

Saya tak hendak membawa dua pandangan tersebut pada perdebatan benar salah. Namun, bisakah kita melihat sisi-sisi lain di balik alasan terjadinya resesi seks?  

Meningkatnya Usia Pernikahan

ilustrasi pernikahan yang dilakukan di usia yang lebih dewasa-photo by Jeremy Wong from pexels
ilustrasi pernikahan yang dilakukan di usia yang lebih dewasa-photo by Jeremy Wong from pexels
Data Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, sebagaimana dikutip dalam katadata.com menunjukkan sebanyak 33,30% pemuda Indonesia menikah untuk pertama kalinya pada usia 19-21 tahun. 

Jika dirinci berdasarkan jenis kelaminnya, mayoritas laki-laki atau sebanyak 34,81% pertama kali menikah di usia 22-24 tahun sedangkan perempuan paling banyak menikah di usia 19-21 atau dengan persentase sebesar 36,73%. 

Rentang usia tersebut masih terbilang muda untuk menikah jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan atau beberapa negara di Eropa yang rata-rata penduduknya menikah di usia 30-an. 

Perbedaan rata-rata usia pernikahan di tiap negara disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat, kesadaran masyarakat akan kesehatan reproduksi dan seksual serta kemajuan ekonomi suatu negara. Meningkatnya usia pernikahan inilah yang oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dikatakan terjadi juga di Indonesia sehingga berpotensi memicu resesi seks. 

Pergeseran Pandangan Soal Pernikahan


Salah satu alasan anak muda milenial dan gen Z menunda pernikahan (atau memilih tidak menikah) adalah karena pandangan mereka soal pernikahan yang lebih pragmatis dan rasional. 

Meningkatnya kesadaran akan pendidikan dan keterbukaan akses informasi membuat mereka lebih dulu mengutamakan pendidikan, karier, hobi, kebahagiaan, kesejahteraan dan pengembangan diri dibandingkan menikah. Dan itu bukan pilihan yang egois. 

Tidak semua yang enggan menikah karena tidak mampu berkomitmen pada hubungan jangka panjang. 

Ada yang karena trauma dengan relasi pernikahan, misalnya mereka yang dari keluarga broken home dan sering menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga orangtuanya. 

Kalaupun tetap menikah, trauma masa lalunya akan berdampak pada ikatan emosional dengan pasangan sehingga mempengaruhi minat untuk berhubungan seks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun