Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kekhawatiran, Dilema dan Sisi Lain yang Perlu Dibicarakan Terkait Resesi Seks

19 Desember 2022   05:30 Diperbarui: 19 Desember 2022   12:55 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resesi seks (Sumber: shutterstock)

Ada juga yang lebih memilih untuk menjomlo seumur hidup daripada menikah dengan orang yang salah atau diribetkan dengan drama rumah tangga yang lebih ruwet dari Drama Korea. Hidup sudah berat, drama rumah tangga hanya bisa membuat mereka makin lelah, baik secara fisik, pikiran maupun mental. 

Kestabilan Finansial yang Jauh dari Harapan 

kestabilan finansial sangat penting dalam pernikahan-photo by cottonbro studio from pexels
kestabilan finansial sangat penting dalam pernikahan-photo by cottonbro studio from pexels
Menikah juga bukan hanya butuh cinta. Kestabilan finansial menjadi hal yang sangat krusial. 

Ini bukan soal sikap materialistis atau tidak percaya bahwa Tuhan menjamin rezeki setiap hamba. Bukan itu konteksnya. 

Uang memang tidak bisa membeli segalanya, tapi segalanya butuh uang. Kebutuhan hidup setelah menikah tentu bertambah. Belum lagi biaya untuk membesarkan dan menyekolahkan anak yang semakin mahal, terutama di kota-kota besar. 

Nah, masalahnya, berapa banyak milenial dan gen Z underprivileged yang penghasilannya di bawah UMR atau menjadi pengangguran?

Tekanan ekonomi dan kondisi finansial yang kembang kempis tentu akan membuat mereka berpikir berulang kali untuk memutuskan menikah dan punya anak. 

Alasan Kesehatan Mental hingga Lingkungan 


kondisi lingkungan yang makin rusak bisa jadi alasan pasangan memilih childfree-photo by Yogendra Singh from pexels
kondisi lingkungan yang makin rusak bisa jadi alasan pasangan memilih childfree-photo by Yogendra Singh from pexels
Childfree bukanlah pilihan yang lazim di masyarakat yang mayoritas menganut paham pro life. Selain tidak umum, childfree dinilai sebagai tindakan egois. 

Terlepas dari pandangan miring masyarakat, tidak sedikit pasangan childfree yang punya alasan idealis. 

Alam yang kian rusak, ancaman krisis pangan, energi dan air bersih, kualitas udara yang makin buruk, kesehatan mental dan sebagainya, adalah alasan-alasan yang membuat mereka tidak ingin kalau anak yang dilahirkan harus tinggal di dunia yang semakin rusak dan tidak aman. 

Masalah ekonomi, kesehatan mental dan trauma masa kecil juga menjadi pertimbangan pasangan yang memutuskan untuk childfree karena takut kalau anak akan mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami orangtuanya. 

Wasana Kata 

Hubungan seks adalah hal yang penting (meski bukan yang utama) dalam pernikahan untuk meneruskan keturunan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun