Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Diammu Bernilai Kebaikan, Mengapa Harus Banyak Bicara?

27 Juli 2022   13:08 Diperbarui: 27 Juli 2022   13:13 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menyuruh untuk diam-photo by sound on from pexels

Jika suatu saat sampai ke telinga orang yang jadi objek ghibah, disitulah awal kekacauan dimulai.

Diam, secara teori memang sederhana, tapi sulit dilakukan. Padahal susunan anggota tubuh kita, yaitu dua telinga dan satu mulut bermakna kita seharusnya lebih banyak mendengar dibanding berbicara. Terlebih bicara yang tidak bermakna, tidak bermanfaat dan menyakitkan.

Seorang yang cerdas dan bijak akan tahu kapan harus diam dan bicara. Seorang yang berempati tinggi akan tahu kata-kata apa yang lebih pantas dan baik untuk diucapkan agar tidak menyinggung perasaan.

Kita memang tidak bisa mengontrol reaksi dan persepsi orang lain, tapi kita bisa mengontrol kata-kata yang hendak kita keluarkan.

Berbuat kebaikan dan kebajikan bisa dengan banyak cara, bahkan dari hal-hal paling sederhana. Sesederhana mengucapkan perkataan yang baik atau diam apabila tidak mampu melakukannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun