Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sampai Kapan Kita Mau Menyangkal Kalau "Male Entitlement" Itu Nyata?

18 Juni 2022   06:23 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:32 2409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi contoh male entitlement ketika laki-laki tidak bisa menerima penolakan dari perempuan-photo by Keira Burton from pexels

Ceritanya nih, suatu hari di tahun 2009, ada kakak kelas semasa SMP menyatakan cintanya pada saya. Waktu itu dia sudah lulus. Sudah SMA. Sementara saya masih kelas 9. 

Si kakak ini saya tolak secara baik-baik. Entah apa yang dia pikirkan, jawaban saya itu dimaknai "berbeda". 

Ketika saya mengatakan "tidak" sebagai jawaban penolakan, artinya memang "tidak". Bukan mulut bilang "tidak" tapi hati bilang "iya". Namun, dia rupanya memaknai jawaban saya sebagai sikap "mau tapi malu". 

Sampai SMA pun saya masih dikejar-kejar. Padahal kami beda SMA. Berkali-kali saya tolak kok tidak kapok juga. Beberapa kali pula dia memaksa saya untuk ketemuan, sampai lama-kelamaan saya merasa risih dan takut dengan ulahnya. 

Adakah teman-teman pernah mengalami kejadian di atas? Apa yang teman-teman lakukan? 

Pengalaman pribadi yang saya itu juga cukup sering kita temukan dalam cerita/drama/film romansa. Hingga terbentuk persepsi bahwa tindakan laki-laki yang mengejar-ngejar perempuan yang disukainya meski perempuan itu bersikap cuek atau menolak, itu romantis. Tak menutup kemungkinan kisahnya berakhir dengan tokoh perempuan akhirnya luluh dan mereka pun jadian. 

Pertanyaannya, apakah di kehidupan nyata selalu se-so sweet itu? 

Oh, tentu tidak. Pengalaman pribadi saya salah satu contohnya. 

Realitanya bisa berubah jadi mengerikan. 

Saya bersyukur karena dia tidak sampai menyakiti saya secara fisik atau yang lebih buruk dari itu. Sebab ada di luar sana, ada lho yang sampai dikuntit, dilukai, dilecehkan, diteror atau malah disantet hanya karena menolak cinta seorang laki-laki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun