Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengapa Banyak Orang yang Gagal dalam Mengelola Keuangannya?

12 Oktober 2021   10:31 Diperbarui: 12 Oktober 2021   15:00 5009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang keuangannya menipis di tanggal tua | Image by Goumbik from pixabay

Siapa di sini yang gajinya tujuh koma? Maksudnya setelah tanggal tujuh langsung koma hehehe.

Banyak orang, baik yang sudah bekerja atau masih kuliah, sudah menikah atau masih lajang, mengeluh kehabisan uang di tanggal tua. Bahkan ada yang baru pertengahan bulan tapi dompet sudah megap-megap.

Awal bulan makan daging, ayam dan makanan yang mahal mahal. Akhir bulan, kalau tidak makan mie instan, makan obat maag.

Ada yang begini? Ada!

Lalu, mengapa banyak orang gagal dalam mengelola keuangannya sehingga uang lebih cepat habis bahkan sebelum akhir bulan? Bisa jadi lima hal ini penyebabnya.

Pertama, tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang

Menurut para perencana keuangan, setiap orang disarankan untuk memiliki setidaknya tiga catatan keuangan. 

Pertama, catatan arus kas finansial yang mencatat arus kas masuk (penerimaan) dan arus kas keluar (pengeluaran) dalam periode tertentu, seperti bulanan atau tahunan.

Kemudian ada catatan neraca keuangan yang berisi lengkap aset yang dimiliki dan kewajiban kewajiban atau utang yang ditanggung.

Terakhir, catatan rencana anggaran bulanan dan tujuan keuangan. Rencana anggaran isinya hampir mirip dengan catatan arus kas namun dalam tahap perencanaan. Sementara catatan arus kas adalah realisasi dari rencana anggaran yang telah disusun sebelumnya.

Secara garis besar rencana dan tujuan keuangan dapat disusun berdasarkan jangka waktunya, yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. 

Anda bisa tuliskan apa saja yang termasuk dalam ketiganya, berapa jumlah uang yang ingin dikumpulkan, berapa yang harus disisihkan per bulan dan kapan akan dipenuhi.

Misalnya, untuk rencana jangka pendek, yaitu liburan ke luar kota. Anda bisa tentukan destinasi, akomodasi dan printilan printilan lainnya agar diperoleh estimasi biaya yang dibutuhkan. 

Dengan demikian Anda bisa menentukan berapa yang harus ditabung setiap bulan agar dapat mencapai target. Cara ini juga berlaku untuk rencana dan tujuan keuangan lainnya.

Alternatif lain dalam menyusun rencana keuangan bulanan juga bisa dikelompokkan berdasarkan jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Kedua, menunda perencanaan keuangan

Apa yang membuat seseorang menunda perencanaan keuangan? Malas? Tidak tahu caranya? Tidak punya uang sehingga bingung apa yang mau direncanakan?

Kalau alasannya yang terakhir, okelah, kita maklumi saja.

Untuk beberapa hal (biasanya rencana keuangan jangka panjang), seperti dana pensiun, orang seringkali menunda merencanakannya. Alasan masih muda, pensiun masih lama, sudah ada program pensiun dari kantor, membuat perencanaan untuk dana pensiun dianggap tidak penting.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita esok. Bagaimana kalau karena suatu hal kita harus pensiun dini? Bagaimana kalau uang pensiun yang kita terima ternyata tidak cukup untuk men-cover kebutuhan bulanan?

Kesadaran masyarakat akan pentingnya dana pensiun terbilang masih rendah. Hanya 2% masyarakat yang dapat menikmati masa pensiun dengan kondisi finansial yang cukup. Hal inilah yang berpotensi menciptakan generasi sandwich, di mana generasi yang lebih tua (orang tua, mertua) bergantung secara finansial kepada generasi yang lebih muda (anak, menantu).

Bagaimana? Masih mau menunda merencanakan dana pensiun?

Ketiga, tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan

Ilustrasi belanja sesuatu hanya untuk memenuhi keinginan | Image by Gonghuimin468 from pixabay
Ilustrasi belanja sesuatu hanya untuk memenuhi keinginan | Image by Gonghuimin468 from pixabay

Bagaimana cara membedakan antara kebutuhan dan keinginan?

Sesuatu dianggap kebutuhan apabila ketiadannya akan menyulitkan atau mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kebutuhan harus segera dipenuhi.

Makan, misalnya. Kalau kita tidak makan kita bisa kelaparan, jatuh sakit bahkan meninggal. Jadi, makan termasuk kebutuhan.

Lalu, bagaimana dengan makan di restoran mahal? Apakah bisa ditunda lain kali atau harus dilakukan sekarang?

Smartphone di zaman sekarang adalah kebutuhan. Hampir semua aktivitas, mulai dari urusan pekerjaan, sekolah sampai rumah tangga membutuhkan smartphone. 

Tapi bagaimana dengan orang yang suka gonta ganti smartphone padahal yang lama masih bagus? Apakah beli smartphone baru merupakan kebutuhan atau keinginan semata?

Keempat, mudah tergoda promo

Ilustrasi promo harga spesial |Image by Rudy and Peter Skitterians from pixabay
Ilustrasi promo harga spesial |Image by Rudy and Peter Skitterians from pixabay

Inilah penyakit finansial sebagian besar kaum perempuan. Ada diskon, borong. Ada cashback, kejar.

Kalau ditanya butuh atau tidak, kebanyakan akan menjawab "tidak". Ditanya "kenapa dibeli?", dijawab "barangnya lucu jadi pengen beli". Iya atau iya?

Kecenderungan selalu mengikuti tren dan pengaruh lingkaran sosial turut mendorong seseorang untuk belanja berlebihan. Pantas saja uang bulanan cepat habis.

Kelima, manajemen utang yang buruk

Ilustrasi manajemen utang | Photo by Monstera from pexels
Ilustrasi manajemen utang | Photo by Monstera from pexels

Idealnya total utang tidak lebih dari 50% total aset. Jadi, jika total aset yang dimiliki senilai Rp 100 juta, total utang maksimal adalah Rp 50 juta (sudah termasuk utang konsumtif dan produktif).

Sementara cicilan utang per bulan idealnya tidak lebih dari 30% pendapatan bulanan. Jadi, jika pendapatan bulanan Anda Rp 10 juta, cicilan utang per bulan tidak lebih dari Rp 3 juta.

Itu kalau manajemen utangnya baik. 

Namun ada kalanya orang berutang tanpa mempertimbangkan tujuan dan kemampuan dalam membayar cicilan sehingga terkena jebakan utang.

Kesalahan paling umum dalam manajemen utang adalah suka menunda pembayaran cicilan, termasuk cicilan kartu kredit. Padahal bunga kartu kredit dihitung harian.

Kesalahan lainnya adalah membuat utang baru untuk membayar utang lama alias gali lubang tutup lubang. Kalau begini caranya, pendapatan bulanan Anda hanya akan habis untuk bayar utang.

Supaya Anda lebih berhati-hati dan tidak sampai terkena jebakan utang, ada sedikit panduan terkait berutang yang bisa dibaca di sini.

Wasana Kata

Mengelola keuangan itu butuh komitmen dan kedisipinan. Rencana keuangan yang dibuat juga butuh dievaluasi agar kita tahu bagaimana realisasinya.

Sudahkah kita membelanjakan uang bulanan sesuai pos-pos dalam anggaran? Apakah kita telah memenuhi target dan tujuan keuangan tertentu? Apakah ada pengeluaran yang kurang (underspending) atau berlebihan (overspending)?

Dengan demikian masalah kehabisan uang saat atau sebelum tanggal tua bisa teratasi.

Referensi : 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun