Aku tidak ingat lagi, siapa di antara kita yang sering tersakiti dan siapa yang sering menyakiti. Apakah karena terjadi berulang kali? Apakah karena kita memutuskan jalan sendiri-sendiri?Â
Temanku berkata bahwa waktu akan menyembuhkan segalanya. Tapi bagiku, waktu tak ubahnya penjara ketika aku hanya diam. Bukan waktunya yang salah. Tapi aku yang tidak berusaha. Ah, mengapa luka ini makin lebar saja?Â
Temanku berkata, "lupakan masa lalu!" Tapi ia benar-benar bagai hantu. Pernah suatu malam kuusir ia karena memaksa masuk ke mimpiku. Bukannya pergi, ia malah seperti dipaku. Jadi, apa maumu?Â
Dari segala nasihat tentang patah hati, ada hal-hal yang mungkin tidak disadari. Aku tetaplah pemeran utama dalam ceritaku sendiri. Jika aku tersakiti, itu juga karena aku terlalu naif. Jika aku terluka, bahagia harusnya bisa jadi obat. Lalu, untuk apa aku belajar melupakan, kalau ia bisa jadi pelajaran?Â
31/08/2019