Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

K.H. Asmuni Syamsuri, Kyai Kota Kembali ke Kampung

6 Maret 2019   17:55 Diperbarui: 6 Maret 2019   18:15 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

25 Desember 1947 -- 23 Februari 2017
KH. Asmuni Syamsuri merupakan pendiri Pondok Pesantren Asy-Syamsuriyah yang berada di Desa Jagalempeni, Kecamatam Wanasari Kabupaten Brebes. Beliau lahir di Jagalempeni, 25 Desember 1947 dan meninggal pada hari kamis, 23 Februari 2017.

Kyai Asmuni memiliki ibu bernama Nyai Khumaerah dan Ayah Kyai Syamsuri Al-khafid. Dengan jumlah  saudara 12, yang hidup hingga dewasa ada 7 orang, sedangkan Kyai Asmuni tersendiri merupakan anak ketiga.

Kyai Asmuni mendapat didikan disiplin dari ayahnya sejak di pondok. Pernah Kyai Asmuni pulang ke rumah dari pondok karena sakit panas yang cukup parah. Namun oleh ayahnya disuruh kembali lagi ke pondok, sebab jangan karena sakit menjadi alasan untuk meninggalkan pondok. Meskipun sang Ibu menangis karena melihat kondisi anak yang sedemikian, namun Kyai Asmuni kecil menurut pulang kembali ke pondok yang jauh sekali dari rumahnya, yaitu di Kaliwungu Kendal.  

Pondok pesantren Asy-Syamsuriyah yang didirikan oleh KH. Asmuni, pada tahun 2001, tidak bisa lepas dari 3 (tiga) orang yang sangat berperan.

Pertama, ayahnya sendiri, yaitu Kyai Syamsuri Al-Khafidz, yang lebih dahulu membangun majlis ta'lim pada tahun 1964, sebagai tempat mengajarkan Al-Qur'an di kampungnya.  

Kedua, para Masyayikh pondok pesantren Kaliwungu, tempat  KH. Asmuni mengaji & ngalap berkah.

Ketiga, KH.bdulah Faqih Langitan, yang selalu mendorong untuk mendirikan pondok pesantren, sekaligus memberi ijasah sholawat agar pondok segera terwujud.

Kebiasaan KH. Asmuni berdakwah, sudah dimulai ketika masih menjadi santri pondok. Ketika KH. Asmuni liburan dari pondok dan berada di rumah, sang ayah selalu menyuruh anaknya untuk dakwah di kampungnya sendiri dan kampung-kampung sekitar dengan mengisi pengajian-pengajian di masyarakat yang sedang membutuhkan atau  punya hajat. Dengan semangat sang ayah,  selalu mengawal & memantau selama kegiatan pengajian yg diisi oleh kyai Asmuni berlangsung, sekaligus sang ayah ingin mengembangkan bakat anaknya dan mengasah mentalnya. Alhasil, selesai nyantri di Kaliwungu, masih usia sangat muda, KH. Asmuni sudah menjadi da'i kondang, berdakwah ke seluruh daerah di Nusantara, termasuk mimbar-mimbar dakwah yg diselenggarakan oleh Pertamina seluruh Indonesia.

Kegigihan berdakwah dan usaha KH. Asmuni,  mewarisi kesuksesan dakwah dari orang tuanya, yang lebih dulu aktif berdakwah. Baik di majlis taklim yang didirikan sendiri maupun di lingkungan tempat tinggalnya.  Termasuk pula kesuksesan usaha kain yang digeluti oleh orang tuanya, di sela-sela tidak mengajar Al-Qu'ran.

KH. Asmuni adalah seorang sosok yang ringan tangan dalam membantu dan sangat patuh terhadap perintah kyai. Beliau pernah diamanati oleh PBNU menjadi duta perdamaian di Kupang. Dan tugasnya ini cukup berhasil. Beliau mampu menyelesaikan permasalahan di Kupang saat itu. Alhamdulillah tempat ibadah yang awalnya dirusak dapat dibangun kembali dan komunikasi antar umat beragama berjalan dengan normal pula.

Dari amanat duta perdamaian di Kupang inilah yang mengantarkan KH. Asmuni akhirnya  mendirikan pondok pesantren di desa kelahirannya. Saat KH. Asmuni selesai melakukan misi dakwahnya, beliau pulang ke Brebes dengan diamanati oleh tokoh-tokoh masyarakat Kupang sejumlah 45 anak, yang saat itu sempat terbengkalai kehidupan & pendidikannya akibat peristiwa kemanusiaan yg terjadi di sana, agar dapat mendapatkan pendidikan terbaik dari KH. Asmuni di Brebes. Yang semula beliau hanya berniat membangun sebuah gedung majlis ta'lim untuk masyarakat sekitar,  akhirnya bangunan gedung yg ada  menjadi asrama santri sekaligus tempat mengaji (pendidikan) para santri, khususnya bagi anak anak yg datang dari Kupang, juga anak anak di lingkungan masyarakat  sekitar pondok pesantren As-Syamsuriyyah. Termasuk perihal itulah yang menjadikan KH. Asmuni harus pulang kampung dan mengurusi santri. Sebab saat itu KH. Asmuni, masih aktif menggeluti dakwah dan berkhidmah di PBNU, juga berkhidmah kepada para ulama sepuh NU, khususnya yg ada di pulau Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun