Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Krisis Kepercayaan Malaysia: PM Anwar Ibrahim Harus Turun?

27 Juli 2025   21:07 Diperbarui: 28 Juli 2025   06:58 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Gelombang protes "Turun Anwar" yang memenuhi Dataran Merdeka Kuala Lumpur pada 26 Juli 2025 bukanlah sekadar demonstrasi politik biasa. Dengan lebih dari 18.000 hingga 20.000 demonstran yang berkumpul di tengah hujan, protes itu adalah manifestasi nyata dari kekecewaan mendalam rakyat Malaysia terhadap kepemimpinan Perdqna Menteri (PM) Anwar Ibrahim yang telah gagal memenuhi janji-janji reformasinya. 

Protes itu tampaknya menjadi momentum bagi Malaysia untuk mengakui bahwa eksperimen kepemimpinan Anwar telah berakhir dengan kegagalan dan langkah terbaik untuk masa depan bangsa adalah pergantian kepemimpinan.

Kegagalan ekonomi

Tiga tahun kepemimpinan Anwar Ibrahim telah membuktikan satu hal: gap antara retorika dan realitas yang menganga lebar. 

Demonstran membawa spanduk bertuliskan "Step down Anwar" sambil menyuarakan frustrasi bahwa "dia telah memerintah negara selama tiga tahun dan belum memenuhi" janji-janjinya. Kegagalan paling mencolok terletak pada penanganan krisis ekonomi dan biaya hidup yang terus melonjak.

Meskipun pemerintah mengklaim inflasi stabil di 2 persen, realitas di lapangan bercerita berbeda. Demonstran dengan tegas menyatakan bahwa "biaya hidup masih tinggi", menunjukkan disconnect yang fundamental antara data statistik pemerintah dengan pengalaman hidup sehari-hari rakyat. 

Respons Anwar terhadap krisis ini—memberikan bantuan tunai 100 ringgit (sekitar $24) kepada semua warga dewasa—adalah contoh klasik dari solusi populis jangka pendek yang menghindari akar masalah struktural.

Bantuan tunai sebesar 100 ringgit ini tidak hanya menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi inflasi secara sistematis, tetapi juga mencerminkan pola pikir "band-aid solution" yang telah menjadi ciri khas administrasi Anwar. 

Dalam konteks ekonomi Malaysia yang masih terbebani warisan skandal 1MDB dan tekanan inflasi global, pendekatan reaktif seperti ini justru menunjukkan ketidaksiapan pemerintah menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks.

Yang lebih mengkhawatirkan dari kegagalan ekonomi adalah kemunduran dalam agenda reformasi yang menjadi platform utama Anwar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun