Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas internasional dihadapkan pada berbagai tantangan geopolitik yang saling tumpang tindih dan semakin kompleks. Ada perang dagang AS-China, konflik Rusia-Ukraina, eskalasi ketegangan di Timur Tengah, hingga ancaman instabilitas ekonomi global akibat kebijakan perdagangan proteksionis.Â
Masalah geopolitik itu telah menciptakan situasi yang sulit diprediksi dan berpotensi membahayakan perdamaian serta stabilitas di berbagai belahan dunia.
Bagi kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, gejolak geopolitik global tersebut tentu membawa implikasi serius. Sebagai kawasan yang sangat terbuka dan terintegrasi dengan rantai pasokan global, negara-negara ASEAN tidak dapat melepaskan diri dari dampak ekonomi dan keamanan yang diakibatkan oleh konflik-konflik di luar kawasan.Â
Kebijakan proteksionis dan eskalasi ketegangan di sejumlah wilayah telah memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi global. Akibat selanjutnya adalah mengikis daya beli dan permintaan ekspor bagi negara-negara ASEAN.Â
Sementara itu, potensi perang proxy di Timur Tengah antara Iran dan Israel, serta ancaman terorisme, juga dapat mengganggu keamanan regional.
Dalam menghadapi situasi global yang penuh gejolak ini, ASEAN perlu mengambil langkah-langkah strategis dan terkoordinasi. Sayangnya, ASEAN seringkali dipandang lambat dalam merespons krisis global yang mengancam stabilitas kawasan.Â
ASEAN dikenal sebagai organisasi yang mengedepankan prinsip non-intervensi dan pengambilan keputusan berdasarkan konsensus. Organisasi regional itu kerap dianggap terlalu berhati-hati dan cenderung memprioritaskan kepentingan nasional masing-masing anggota dibandingkan bertindak secara kolektif.Â
Pandangan ini memang tidak sepenuhnya keliru, mengingat sebagian besar negara ASEAN masih fokus pada pembangunan ekonomi domestik dan isu-isu keamanan internal.Â
Menurut sejumlah pakar Asia Tenggara, keterbatasan ASEAN dalam merespons gejolak global sebenarnya bersumber dari adanya perbedaan kapabilitas, kepentingan, serta orientasi politik di antara negara-negara anggota.Â
Kesenjangan ekonomi dan pembangunan yang masih cukup lebar, ditambah dengan dinamika persaingan strategis antara China dan Amerika Serikat, turut mempersulit upaya ASEAN untuk mencapai konsensus dan koordinasi yang efektif.